Mohon tunggu...
Timoteus Marten
Timoteus Marten Mohon Tunggu... -

Anak 'Jalanan' yg belajar merangkai kata. Di sini juga (http://timomarten.wordpress.com/) aku menjeda sejenak dan mengutak-atik kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rinduku pada Papeda

10 Desember 2014   15:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:37 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14181754491247075853

Tapi kini papeda dilahap para bengis tanpa perikemanusiaan, yang nekad merenggut nyawa tanpa cacat. Padahal tanah ini dikenal surga kecil yang jatuh ke bumi, pemberi berkat bagi insan pencintai damai. Tanah yang dilimpahi susu dan madu bagi musafir pencinta kebajikan dan cinta agape

Aduh, kini tanah ini jadi surga yang terlantar. Nyawa jadi sasaran pembengis dan kasar sementara kami bukan kaum barbar

Emas di perut bumi sudah habis, mengapa nyawa kami menyusul pergi? Mutiara di lembah yang tenang kini bersinar redup. Tapi cahaya pagi masih tersenyum. Dalam sanubari kami berseru, kapankah damai kami terwujud sepanjang hari?

Karena tulang belulang para pendahulu pun berteriak minta damai: Kami merindukan Papeda!

@kaki bukit, 9 Desember 2014

NB: Dalam ruang bertepi, ditemani rokok dan secangkir kopi, puisi ini kupersembahan buat pencinta damai dan hak asasi manusia, serta orang asli Papua. Semoga di hari esok, kita mengecap nikmatnya damai tanpa akhir

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun