Idul Adha yang juga dikenal sebagai Hari Raya Haji adalah salah satu hari raya penting dalam agama Islam. Idul Adha jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah dalam kalender Hijriyah, yang merupakan bulan terakhir dalam kalender Islam.Idul Adha merupakan salah satu dari dua perayaan utama dalam Islam, bersama dengan Idul Fitri (Hari Raya Lebaran). Kedua perayaan ini memiliki makna mendalam dalam agama Islam dan menjadi momen kegembiraan serta solidaritas umat Muslim di seluruh dunia.
Kendati demikian aktivitas perayaan Idul Adha di tiap negara belum tentu sama. Contohnya di Indonesia dan Tiongkok.
Tradisi di Indonesia, baik laki-laki dan wanita sama-sama melakukan sholat masjid. Sementara muslim etnis Hui di provinsi Ningxia tidak demikian.
Hanya para lelaki saja yang solat berjamaah di masjid. Sementara wanita dilarang ikut solat di masjid.
Kemudian cara takbiran keduanya pun berbeda. Indonesia terbiasa melakukan takbir sembari memukul bedug.
Sedangkan tradisi muslim di Tiongkok, bertakbir sembari membakar hio. Bahkan mereka membawa hio yang sudah terbakar ke dalam masjid dan ditancapkan ke mangkoknya sebelum ceramah sholat Idul Adha dimulai.
Jumlah takbir sholat Idul Adha kedua negara tersebut juga berbeda. Dimana sholat Idul Adha di Indonesia, jumlah takbirnya ada tujuh di rakaat pertama dan lima di rakaat kedua.
Sementara di Ningxia jumlahnya lebih sedikit, hanya lima di rakaat pertama dan tiga di rakaat kedua. Usai sholat Idul Adha, mereka terbiasa melakukan sholat empat rakaat lagi.
Sholat tersebut dilakukan untuk memuji Rasulullah Muhammad SAW. Meski begitu itu tergolong sholat sunnah, jadi boleh diikuti ataupun tidak.
Usai sholat sunnah barulah umat muslim di Ningxia, bersalaman, pulang kerumah ataupun memotong hewan kurban. Tradisi tersebut sama dengan di Indonesia, hanya saja tidak ada sholat sunnah.
Baik di Indonesia dan Tiongkok sama-sama menjadikan hari raya Idul Adha sebagai hari libur. Akan tetapi perbedaannya di Indonesia hanya libur sehari.
Sedangkan di provinsi Ningxia libur empat hari. Dan di provinsi Xinjiang libur tiga hari.
Bahkan selama waktu libur itu, etnis Uyghur di Xinjiang menampilkan tarian dan nyanyian di area publik, seperti di masjid Idkah, masjid terbesar di China. Hal itu dilakukan sebagai bentuk penghormatan terhadap perayaan Idul Adha.
Umat Muslim Tiongkok Hidup Mengkhawatirkan
Bila dibandingkan secara total populasi, jumlah etnis muslim di Indonesia dan Tiongkok sangat jauh berbeda. Indonesia sekitar 87 persen dan Tiongkok 1-2 persen dari total penduduknya.
Hal itu tentu membuat Indonesia menjadi negara dengan salah satu negara dengan umat muslim terbesar di dunia. Namun di Tiongkok, Islam menjadi agama minoritas.
Kendati minoritas, toleransi beragama di Tiongkok cukup tinggi. Bahkan mereka melakukan penghayatan dan penghormatan terhadap perayaan Idul Adha lebih baik ketimbang di Indonesia.
Kemudian di Indonesia rakyatnya cenderung lebih bersikap intoleran. Salah satu sikap intoleran ini muncul dari oknum para habib-habib error atau bersikap menyimpang.
Oknum habib error tersebut kerap mencoba memperalat pemeluk muslim Indonesia agar mau menjadi budak mereka. Tujuannya utamanya tentu saja bukanlah untuk kepentingan bersama.
Melainkan kepentingan individu, yakni demi menunjang materi dan kesenangan sebagian kecil oknum habib eror tadi yang hidup sangat hedon.
Terlepas dari itu, semoga perbandingan tradisi perayaan Idul Adha di Indonesia dan Tiongkok bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua. Dan semoga momentum Idul Adha di tahun 2023 ini, bisa membentuk kita menjadi insan yang lebih baik lagi kedepannya.
Namun tetap menjunjung toleransi, kerukunan dan menanamkan sikap berbagi antar sesama.
Selamat Hari Raya Idul Adha 1444 H.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H