Sangat disayangkan pula, makam leluhur Tionghoa itu kini tak lagi terurus. Meski memang masih dapat terbaca tulisan di batu nisannya, namun sudah berlumut.
Kemudian bagian makam pun sudah menyatu dengan rumah warga dan hanya tinggal batu nisannya yang tersisa. Padahal semula tempat pemakamannya berukuran sampai 20 ribu meter persegi.
Padahal dulu, jenazahnya saja dibalsamkan hingga dua bulan dan dijaga oleh dua budak perempuan sampai akan dimakamkan. Kemudian di tahun 1930-an pun, kompleks pemakamannya masih dikelilingi pohon kelapa yang rimbun.
Berdasarkan data yang ada, makamnya pun pernah dipugar sebanyak dua kali menggunakan biaya Kong Koan (Dewan Opsir Tionghoa), yakni tahun 1909 dan 1929.
Oleh Sony Kusumo
Salam Trade Surplus!!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H