Saking jayanya di tahun 1904, Van Deventer dalam Overzicht van den Economischen toestand der Inlandsche Bevolking Java en Madorea menyebut Lasem sebagai salah satu pusat pembuatan batik. Bahkan dalam Batikrapport, P De KAT Angelino mencatat bahwa hingga 1931, ada 120 pengusaha batik di Lasem adalah kalangan Tionghoa.
Kemudian di abad itu pula, batik lasem diekspor besar-besaran ke Singapura dan Sri Lanka. Sayangnya carut-marut perekonomian dan politik di era 50-an membuat banyak pengusaha Tionghoa bangkrut sehingga kejayaan batik lasem meredup.
Kini tak banyak lagi rumah batik yang beroperasi. Beberapa diantaranya yang masih bertahan atau hidup kembali adalah Rumah Batik Ongs Art Maranatha, Batik Mawar, Nyah Kiok, Padi Boeloe, Sekar Kencana, Kidang Mas, Katrin Bee, Batik Gajah, Purnomo, Pusaka Beruang, dan Batik Lumintu.
Oleh: Sony Kusumo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H