Mohon tunggu...
Timey Erlely
Timey Erlely Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Hasanuddin

Penulis - Peneliti- Konsultan Pajak dan Keuangan. Kunjungi instagram: timey_erlely

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Akuntansi Pernikahan: Apakah Uang Panai' Itu Mahal?

22 September 2021   20:45 Diperbarui: 22 September 2021   20:55 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Makin tinggi pendidikan seorang wanita, makin mahal uang panaik yang diberikan. Lulusan S1, berbeda nominalnya dengan uang panaik wanita yang telah lulus S2. Akibatnya, para pria Makassar buru-buru melamar wanita sebelum lulus kuliah. Berbeda pula dengan wanita dengan gelar bangsawan, uang panaik akan ditransfer dalam jumlah yang besar. Karena, bagi wanita yang bergelar bangsawan atau yang lahir dari keturunan raja dianggap memiliki kualitas yang tinggi.

Hal menarik yaitu sebelum memutuskan jumlah uang panaik, biasanya terdapat tawar menawar dengan keluarga wanita. Kalau pihak pria memiliki kedekatan dengan keluarga wanita  maka negosiasi ini dapat dilakukan. Uang panaik menjadi simbol yang memacu para pria Makassar untuk semangat mencari rezeki untuk mendapatkan gadis pujaan. Menurut tradisi Makassar, Cinta adalah hal yang mahal dan tidak bisa sembarang orang dapatkan. Wanita dianggap layak mahal, sehingga pria harus berusaha untuk mendapatkannya.

Selanjutnya,  dimana akuntansinya? Akuntansi harus dipahami sebagai bentuk dari budaya, dimana akuntansi itu tumbuh. Jadi, akuntansi tidak hanya dilihat pada laporan keuangan di perusahaan yang disajikan dalam bentuk angka atau secara kuantitatif.  Akuntansi harus dipahami sebagai bentukan dari budaya tempat akuntansi itu tumbuh (Rahayu dan Yudi, 2015). Untuk menjelaskan kedudukan akuntansi, yang pertama yaitu kita perlu mengetahui tentang Price (harga) versus Biaya pernikahan (Cost of Married). 

Apakah hal ini merupakan harga pernikahan atau biaya pernikahan? Kalau biaya pernikahan bagaimana mencatatnya? Kalau itu harga pernikahan, bagaimana mengakuinya?. Karena itu, perlu adanya kesiapan membayar biaya pernikahan yang tinggi ketika di kemudian hari mereka memiliki anak pria. Kemudian, Prince Setter atau pihak yang menawar bisa berasal dari pengantin wanita, atau orang tua wanita, tetapi umumnya yang terjadi adalah keluarga secara keseluruhan. Selain itu, ada Prince taker atau pihak yang menerima. Pihak yang menerima beranggapan bahwa tidak harus menawar karena hal ini juga adalah suatu kebanggaan keluarga.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dimensi budaya dalam nilai-nilai sosial dalam kaitannya dengan nilai dan praktik akuntansi dimulai dengan proposisi Hofstede yang menyatakan bahwa nilai-nilai kemasyarakatan memiliki konsekuensi kelembagaan berupa sistem ekonomi yang meliputi pola kepemilikan perusahaan dan pasar modal. 

Model diperluas dari nilai-nilai sosial ke nilai-nilai akuntansi menunjukkan bahwa, pada gilirannya, mereka mempengaruhi struktur dan akuntansi, termasuk pengukuran, pengakuan, dan pengungkapan dalam pelaporan keuangan. Kemudian, dapat membangun empat nilai akuntansi terukur yang dapat digunakan untuk membenarkan budaya akuntansi, yaitu: pertama kuantitativisme versus kualitativisme yaitu sebagian orang mengukur cinta, mengukur pernikahan itu dengan materialitas dan sebagian orang mengukur cinta dan pernikahan dengan kualitas. 

Kedua, Keseragaman versus fleksibilitas yaitu orang beranggapan bahwa uang pernikahan itu kalau orang lain naik, maka akan menaikkan uang Panaiknya. Namun, ada orang yang beranggapan secara fleksibel bahwa uang itu bisa dibicarakan, bisa fleksibel, apa acara yang akan dilaksanakan, dimana acaranya, berapa baiayanya, tidak usah bicara soal kedudukan dan darimana asalnya, tidak mempersoalkan gelarnya, dan sebagainya. 

Konservatisme dan Optimisme yaitu orang menekankan optimis dan memberikan harapan di masa depan. Kemudian, kerahasiaan dan transparansi yaitu orang yang memilih merahasiakan uang pernikahannya dan orang yang transparan yaitu orang memberitahukan jumlah atau besaran uang pernikahannya. Oleh karena itu, keempat hal tersebut dapat digunakan untuk memperluas nilai-nilai sosial dan nilai-nilai akuntansi.

 

Referensi 

Avais, Muhammad Abdullah and Wassan, Aijaz and Brohi, Ahmed and Chandio, Rafique, An Analysis of Perception Regarding Bride Price in Jacobabad City, Sindh (February 26, 2015). Educational Research International Vol. 4(1) February 2015, Available at SSRN: https://ssrn.com/abstract=2570730

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun