Benar bahwa konsep periklanan adalah meningkatkan sales atau revenue usaha, selain agar selalu penguasa pasar serta tetap menjadi top of mind di benak pelanggan. Seperti air mineral yang identik dengan Aqua misalnya. Atau Indomie yang selalu diingat jika berbicara tentang mie instant. Ini erat kaitannya dengan brand awareness.
Benar sekali bahwa tiap perusahaan, khususnya yang sudah skala korporasi memiliki budget promosi hingga milyaran rupiah tiap tahunnya. Tapi tidak serta merta mereka asal menghamburkan alokasi dana promosinya. Tentu berdasarkan riset terlebih dahulu. Agar tepat sasaran dan sesuai tujuan.
Ada penyesuaian penyampaian mengkomunikasikan produk berdasarkan sisi demografis dan psikografis. Timing dan momentum yang tepat, serta yang paling penting adalah target market yang disasar.
Saya berikan satu contoh yang relevan. Pernahkah kalian melihat iklan mobil sport seperti Ferrari atau Lambhorgini beriklan di tv? Saya sendiri belum pernah sama sekali. Kenapa demikian? Tentu saja jawabannya adalah karena mereka mengetahui karakter para calon pembelinya adalah orang-orang yang sangat jarang sekali menghabiskan waktunya di depan televisi.
Apabila kita kaitkan dengan iklan di sebuah platform digital, dalam hal ini Youtube, kurang lebih sama. Bahkan lebih canggih karena era digital saat ini telah memanfaatkan teknologi bernama Artificial Intellegence yang akan membaca karakter penggunanya.
Mulai dari di mana negara tinggalnya, gender, pekerjaan, info terkait serta kebiasaan apa saja yang sering dicari oleh si pemilik akun. Maka jangan heran ketika kita sering mencari berita tentang bisnis misalnya, akun kita akan sering muncul iklan-iklan terkait pelatihan bisnis dan sejenisnya. Begitu juga saat iklan yang sering muncul pada akun adalah tentang seksualitas, mungkin kalian sering cari info tentang blue film hahaha
Dari pemasukan iklan inilah platform digital besar seperti Youtube memberikan timbal balik kepada konten kreator yang karyanya banyak ditonton orang. Inilah konsep sharing ekonomi yang fair. Sama-sama menguntungkan kedua belah pihak. Tentu sesuai syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan.
Sekarang bagaimana dengan Vtube? Apakah benar banyak perusahaan yang beriklan di aplikasi mereka? Kalau perusahaan berskala besar, hingga detik ini belum ada. Jikapun diakui, itu hanyalah klaim sepihak saja. Beberapa perusahaan yang diakui telah beriklan di sana telah membantahnya.
Perlu bukti? Ini saya lampirkan pernyataan dari KFC Indonesia pada akun fans page Facebook resminya.
Dikuatkan juga dengan berita pada portal Detik.com ini;
Nah loh, jelas kan bantahannya? Jadi dari mana sebenarnya Vtube mendapatkan iklan? Ternyata, berdasarkan dari bocornya data yang beredar mereka hanyalah menempelkan iklan dari mopub iklan Twitter saja. Bukan dari perusahaan resmi pemilik produk berskala perusahaan besar.