Mohon tunggu...
Timotius Apriyanto
Timotius Apriyanto Mohon Tunggu... Konsultan - OPINI | ANALISA | Kebijakan Publik | Energi | Ekonomi | Politik | Hukum | Pendidikan

Penulis adalah pengamat ekonomi politik, reformasi birokrasi, dan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Utopia Membangkitkan Kejayaan Peradaban Arkipelagis

30 Januari 2025   18:12 Diperbarui: 30 Januari 2025   18:12 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi berjudul 'Embarkasi dan Keberangkatan Columbus dari Pelabuhan Palos' | sumber: kompas.com 

Membangkitkan kembali kejayaan peradaban arkipelagis, diperlukan visi utopis yang mampu mengintegrasikan nilai-nilai kebudayaan lokal dengan kemajuan modern. Utopia dalam konteks ini bukanlah mimpi yang mustahil, melainkan sebuah proyek kolektif untuk menciptakan tatanan masyarakat yang adil, merdeka, dan berdaulat. Hal ini sejalan dengan pemikiran Pramoedya yang menekankan pentingnya kesadaran sejarah dan kebudayaan sebagai landasan untuk membangun masa depan.

Dalam bukunya "Arus Balik", Pramoedya Ananta Toer mengungkapkan adanya kesamaan antara kolonialisme dan feodalisme, dua sistem yang selama berabad-abad membelenggu kebebasan dan kemajuan peradaban Nusantara. Buku ini tidak hanya menjadi kritik terhadap penjajahan fisik, tetapi juga terhadap penjajahan mental yang terus menghantui bangsa Indonesia. Dalam konteks kebudayaan, Pramoedya menyoroti dua hal penting: pertama, kebebasan yang harus bersemayam dalam jiwa setiap individu, dan kedua, pentingnya paradigma arkipelagis sebagai landasan berpikir untuk membangun peradaban yang maju dan berkeadilan.

Selama ini, bangsa Indonesia telah dihegemoni oleh pandangan dan pendekatan kontinental yang melihat daratan sebagai pusat peradaban, sementara laut dianggap sebagai penghalang. Padahal, sebagai negara kepulauan, Indonesia seharusnya memandang laut sebagai penghubung, bukan pemisah. Archi (laut) atau pelagos (utama) ---konsep yang menempatkan laut sebagai pusat kehidupan---harus menjadi paradigma baru dalam membayangkan negeri arkipelagis. Laut adalah titian yang menghubungkan pulau-pulau, budaya, dan masyarakat, sehingga menjadi sumber kekuatan dan kejayaan.

Namun, untuk mewujudkan visi ini, diperlukan imajinasi baru. Kita harus membayangkan kembali negeri arkipelagis sebagai entitas yang dinamis, di mana laut menjadi medium untuk pertukaran ide, budaya, dan ekonomi. Imajinasi ini memerlukan energi besar untuk mengonsolidasikan gagasan-gagasan yang selama ini terserak tentang negeri arkipelagis. Gagasan-gagasan ini harus diintegrasikan ke dalam kebijakan pembangunan yang holistik, yang tidak hanya mengejar pertumbuhan ekonomi, tetapi juga menjamin pemerataan dan keadilan.

Politik ekonomi yang mendampingi pertumbuhan harus berorientasi pada kesejahteraan rakyat. Dalam konteks ini, ideologi ekonomi Pancasila, yang diwujudkan melalui sistem koperasi, menjadi pilihan yang relevan. Sistem ini menawarkan jalan tengah antara liberalisme kapitalis dan sosialisme, dengan menempatkan kepentingan kolektif sebagai prioritas. Koperasi bukan hanya alat ekonomi, tetapi juga sarana untuk memperkuat solidaritas sosial dan memberdayakan masyarakat lokal.

Pikiran tentang negara kesatuan yang serikat juga perlu dihidupkan kembali. Konsep ini menempatkan potensi lokal sebagai fondasi pembangunan. Sebagai contoh, di Bali, sistem pendidikan pertanian Subak telah membuktikan betapa pentingnya melestarikan dan mengembangkan kearifan lokal. Subak tidak hanya menjadi sistem irigasi yang efisien, tetapi juga mencerminkan harmoni antara manusia, alam, dan budaya. Ini adalah bukti bahwa potensi lokal, jika dikelola dengan baik, dapat memberikan manfaat luar biasa bagi masyarakat.

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi poros maritim dunia. Visi ini tidak hanya tentang membangun infrastruktur pelabuhan dan jalur perdagangan, tetapi juga tentang menciptakan peradaban arkipelagis yang maju dan berkelanjutan. Laut harus menjadi sumber kehidupan, bukan hanya bagi nelayan, tetapi juga bagi seluruh bangsa. Dengan memanfaatkan potensi maritim, Indonesia dapat menjadi pemain utama dalam percaturan global, sekaligus menjaga kedaulatan dan identitasnya sebagai bangsa Nusantara.

Dalam mewujudkan kejayaan peradaban arkipelagis, kita memerlukan komitmen kolektif untuk mengubah paradigma, mengonsolidasikan gagasan, dan mengimplementasikan kebijakan yang berkeadilan. Laut adalah titian yang menghubungkan masa lalu, sekarang, dan masa depan. Dengan menjadikan laut sebagai pusat peradaban, kita tidak hanya menghormati warisan leluhur, tetapi juga membangun fondasi untuk kejayaan bangsa di masa depan. 

Titian untuk Mewujudkan Kejayaan Peradaban Arkipelagis adalah jalan yang harus kita tempuh bersama, demi Indonesia yang lebih maju, adil, dan berdaulat.

Arus Balik adalah salah satu karya Pramoedya yang menunjukkan kedalaman riset sejarah dan kepiawaiannya dalam bercerita, diterbitkan tahun 1995 dengan gaya naratif yang khas. Novel ini menggambarkan perjuangan, pengkhianatan, dan perubahan zaman yang membentuk wajah Nusantara. Ini adalah karya penting yang mengajak pembaca untuk memahami sejarah dan belajar dari kesalahan masa lalu. Arus Balik menggambarkan kehancuran peradaban maritim Nusantara akibat kolonialisme dan perebutan kekuasaan di masa lalu.

Novel ini berlatar pada akhir abad ke-16 hingga awal abad ke-17, masa transisi ketika kerajaan-kerajaan maritim di Nusantara mulai melemah dan digantikan oleh kekuatan kolonial Eropa, terutama Portugis dan Belanda. Pramoedya menyoroti bagaimana bangsa yang sebelumnya berjaya di lautan akhirnya mengalami kemunduran akibat politik adu domba, pengkhianatan, dan strategi kolonial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun