Mohon tunggu...
Timotius Apriyanto
Timotius Apriyanto Mohon Tunggu... Konsultan - OPINI | ANALISA | Kebijakan Publik | Energi | Ekonomi | Politik | Hukum | Pendidikan

Penulis adalah pengamat ekonomi politik, reformasi birokrasi, dan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

BI Rate Turun: Selamatkan Ekonomi, Korbankan Bisnis

19 Januari 2025   13:20 Diperbarui: 20 Januari 2025   05:57 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi fluktuasi Rupiah | sumber: beritaperbankan.id

Rendahnya Efek Berganda Fiskal dalam ekonomi yang didorong kebijakan fiskal, belanja pemerintah seharusnya memberikan dorongan besar bagi sektor usaha. Namun, implementasi yang kurang efektif dan alokasi yang tidak tepat membuat banyak sektor usaha tidak merasakan manfaat langsung dari stimulus ini.

Tekanan Inflasi menjadi tantangan pasti, meskipun harga minyak dunia diproyeksikan turun dalam jangka panjang, pelemahan rupiah dapat memicu kenaikan harga BBM domestik, yang pada akhirnya berkontribusi terhadap inflasi. Inflasi yang tinggi akan mengurangi daya beli masyarakat, yang kemudian menekan konsumsi domestik.

Butuh Langkah Strategis Segera untuk menyelamatkan ekonomi tanpa terlalu mengorbankan dunia usaha, pemerintah perlu mengambil beberapa langkah strategis:

  • Diversifikasi Energi akan mengurangi ketergantungan pada minyak impor harus dikurangi. Pemerintah perlu mempercepat pengembangan energi terbarukan dan mempromosikan diversifikasi energi domestik. Langkah ini tidak hanya mengurangi tekanan pada devisa, tetapi juga menciptakan ketahanan energi jangka panjang.
  • Penguatan Ekspor Nonmigas untuk menambah cadangan devisa, pemerintah harus mendorong daya saing ekspor produk nonmigas. Kebijakan fiskal yang mendukung sektor manufaktur dan teknologi dapat membantu memperluas pasar ekspor Indonesia.
  • Alokasi Anggaran yang Efektif bagi pemerintah perlu untuk memastikan bahwa belanja fiskal memiliki efek berganda yang tinggi. Program-program yang mendukung usaha kecil dan menengah (UKM) serta infrastruktur ekonomi harus menjadi prioritas utama.
  • Peningkatan Cadangan Devisa dengan fluktuasi harga minyak dan tingginya kebutuhan dolar AS untuk impor, menjaga cadangan devisa menjadi sangat penting. Pemerintah perlu memperkuat sinergi antara kebijakan moneter dan fiskal untuk memitigasi risiko eksternal.
  • Pemberian Subsidi Tepat Sasaran di tengah kenaikan kebutuhan BBM selama Ramadhan, subsidi yang tepat sasaran dapat membantu menjaga daya beli masyarakat dan menekan inflasi.

Kebijakan penurunan suku bunga BI menjadi langkah berani di tengah tekanan global dan domestik. Namun, dalam ekonomi yang didominasi kebijakan fiskal seperti Indonesia, manfaat kebijakan moneter hanya dapat dirasakan optimal jika didukung oleh kebijakan fiskal yang efektif dan adaptif.

Harga minyak dunia yang diproyeksikan menurun, membuat pemerintah memiliki peluang untuk mengurangi beban impor dan memperkuat cadangan devisa. Namun, langkah ini membutuhkan sinergi strategis antara kebijakan moneter dan fiskal, serta fokus pada penguatan sektor energi dan ekspor untuk memastikan stabilitas ekonomi dan daya saing bisnis tetap terjaga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun