Mohon tunggu...
Timotius Apriyanto
Timotius Apriyanto Mohon Tunggu... Konsultan - OPINI | ANALISA | Kebijakan Publik | Energi | Ekonomi | Politik | Hukum | Pendidikan

Penulis adalah pengamat ekonomi politik, reformasi birokrasi, dan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Demokrasi Recehan Pilkada 2024

27 November 2024   06:10 Diperbarui: 27 November 2024   06:10 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Biaya politik yang tinggi disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah budaya "mahar politik". 

Para kandidat kepala daerah harus merogoh kocek yang dalam untuk "mahar politik", dan akan lebih mahal lagi jika didukung oleh lebih banyak partai politik. Biaya politik lainnya terkait dengan anggaran belanja logistik kampanye, membiayai mesin parpol, tim sukses, relawan, konsultan politik, dan lembaga survei. 

Kondisi demikian membuat banyak para kandidat kepala daerah mencari "mitra" untuk mendanai biaya politik yang tinggi. Tingginya biaya politik ini membuat idealisme politik jauh berkurang. Frasa bahasa latin yang lebih pantas untuk menggambarkan kondisi politik demikian tadi adalah "Fox Populi, Fox Argentum", atau suara rakyat adalah suara recehan. (TA)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun