Mohon tunggu...
Timotius Apriyanto
Timotius Apriyanto Mohon Tunggu... Konsultan - OPINI | ANALISA | Kebijakan Publik | Energi | Ekonomi | Politik | Hukum | Pendidikan

Penulis adalah pengamat ekonomi politik, reformasi birokrasi, dan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Jika Donald Trump Menang dan Pengaruhnya bagi Indonesia

6 November 2024   05:40 Diperbarui: 6 November 2024   07:48 1009
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika Trump kembali terpilih, Indonesia mungkin perlu mempertimbangkan pendekatan alternatif, baik dengan memperkuat kemampuan militer nasional maupun meningkatkan kerja sama pertahanan di tingkat ASEAN untuk menjaga kedaulatan di kawasan yang rawan konflik ini.

4. Dampak pada Kebijakan Iklim dan Lingkungan

Kebijakan Trump yang cenderung skeptis terhadap perubahan iklim bisa menghambat kerja sama global di bidang lingkungan, terutama dalam upaya mencapai target pengurangan emisi karbon. Indonesia yang menargetkan pengurangan emisi hingga 29% pada 2030 akan mengalami tantangan besar jika AS menarik dukungan untuk program lingkungan internasional.

Indonesia adalah salah satu negara dengan emisi gas rumah kaca tinggi, dan kontribusi internasional sangat penting dalam mendanai proyek-proyek mitigasi perubahan iklim. Pada 2021, emisi gas rumah kaca Indonesia mencapai sekitar 600 juta ton CO2e. Jika dukungan AS berkurang, Indonesia harus lebih mandiri dalam mendanai proyek-proyek pengurangan emisi, yang bisa berdampak pada sektor ekonomi lainnya.

5. Kerjasama Kesehatan dan Krisis Kesehatan Global

Pandemi COVID-19 menunjukkan pentingnya koordinasi kesehatan global. Trump sebelumnya menarik AS dari World Health Organization (WHO) dan mengurangi pendanaan untuk program kesehatan global, yang menghambat koordinasi penanganan pandemi. Jika Trump kembali mengadopsi kebijakan yang sama, negara-negara berkembang seperti Indonesia bisa mengalami kesulitan dalam mendapatkan bantuan dan dukungan untuk penanganan krisis kesehatan. Dengan populasi besar dan infrastruktur kesehatan yang terbatas, Indonesia sangat bergantung pada kerjasama internasional dalam memastikan ketersediaan vaksin dan dukungan medis lainnya.

Pada 2021, hanya sekitar 64% penduduk Indonesia yang sudah divaksinasi penuh. Jika dukungan AS untuk organisasi kesehatan global berkurang, ini bisa memperlambat distribusi vaksin dan penanganan pandemi di masa depan.

Jika Donald Trump kembali menjadi Presiden AS, Indonesia kemungkinan akan menghadapi berbagai tantangan baru dalam hubungan perdagangan, investasi, keamanan regional, dan kerja sama internasional. Kebijakan "America First" yang cenderung proteksionis bisa mempengaruhi perdagangan bilateral dan investasi AS di Indonesia, serta memengaruhi stabilitas kawasan dan kolaborasi internasional dalam isu lingkungan dan kesehatan.

Namun, di sisi lain, ketegangan AS dengan China di bawah kepemimpinan Trump juga bisa memberikan peluang bagi Indonesia untuk menarik investasi dari perusahaan yang ingin mengalihkan operasi dari China ke Asia Tenggara. Di tengah ketidakpastian, Indonesia perlu memperkuat ketahanan ekonominya, mendiversifikasi pasar ekspor, dan meningkatkan peran di forum-forum internasional untuk mengimbangi dinamika kebijakan AS.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun