Pada 5 November 2024, jutaan warga Amerika Serikat akan menuju tempat pemungutan suara untuk memilih presiden AS berikutnya. Siapa pun yang terpilih sebagai penghuni Ruang Oval di Gedung Putih akan memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat, baik di dalam negeri maupun di negara-negara lain, termasuk Indonesia.Â
Potensi kemenangan Donald Trump, dengan kebijakan luar negerinya yang kontroversial dan proteksionis, bisa berdampak luas, terutama di bidang ekonomi, perdagangan, dan politik internasional.Â
1. Dampak pada Hubungan Dagang Bilateral
Trump dikenal dengan pendekatan proteksionis "America First" yang bertujuan mengurangi ketergantungan AS pada impor. Jika Trump kembali terpilih, Indonesia berpotensi terdampak oleh kebijakan dagang ketat yang mungkin diberlakukan, seperti kenaikan tarif dan pembatasan impor.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2022, nilai perdagangan Indonesia dengan AS mencapai USD 37,5 miliar, dengan ekspor Indonesia ke AS sebesar USD 25,4 miliar dan impor dari AS sebesar USD 12,1 miliar. Produk utama yang diekspor Indonesia ke AS meliputi tekstil, elektronik, alas kaki, serta produk-produk agrikultur. Namun, karena Trump pernah mengeluarkan Indonesia dari daftar negara penerima Generalized System of Preferences (GSP)  yang memungkinkan ekspor barang tanpa tarif  kembalinya Trump bisa membuat akses preferensial Indonesia ke pasar AS semakin terbatas. Pada 2022, GSP berkontribusi pada lebih dari 12% ekspor Indonesia ke AS. Jika kebijakan GSP diperketat atau dihapus kembali, produk Indonesia bisa menjadi kurang kompetitif di pasar AS, karena harga barang naik akibat tarif.
2. Potensi Dampak terhadap Investasi Asing Langsung (FDI)
Salah satu pilar penting dalam hubungan ekonomi Indonesia-AS adalah aliran investasi asing langsung (FDI). Investasi AS di Indonesia menunjukkan tren yang signifikan, terutama di sektor energi, teknologi, dan manufaktur. Berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), FDI Amerika Serikat di Indonesia mencapai sekitar USD 2,5 miliar pada 2022 dan meningkat pada 2023 menjadi USD 2,9 miliar, menandakan pertumbuhan minat investor AS di Indonesia, meskipun ada ketidakpastian ekonomi global.
Jika Trump kembali terpilih, kemungkinan besar ia akan mendorong kebijakan yang memulangkan investasi AS ke dalam negeri dengan pemotongan pajak perusahaan, yang bisa berdampak pada penurunan aliran investasi ke luar negeri, termasuk Indonesia. Ini akan menjadi tantangan bagi Indonesia, yang bergantung pada FDI untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja. Namun, di sisi lain, ketegangan AS dengan China di bawah kepemimpinan Trump juga bisa membuka peluang bagi Indonesia untuk menarik perusahaan AS yang ingin mengurangi ketergantungan pada rantai pasok China. Jika Indonesia bisa menawarkan iklim bisnis yang stabil dan infrastruktur yang memadai, ada potensi bagi Indonesia untuk menarik investasi di sektor-sektor penting, seperti manufaktur dan teknologi.
3. Pengaruh pada Stabilitas Keamanan dan Politik Regional
Dari sisi geopolitik, Trump terkenal dengan kebijakan yang kurang melibatkan AS dalam menjaga stabilitas di kawasan Asia-Pasifik. Ini termasuk kebijakan pengurangan pasukan dan peran AS di Asia Tenggara. Indonesia, yang memiliki kepentingan besar di Laut China Selatan dan Natuna, bisa terkena dampak dari pengurangan keterlibatan AS di kawasan ini. Berdasarkan survei dari Institute of Southeast Asian Studies (ISEAS) pada 2022, 76,7% responden di Asia Tenggara menganggap China sebagai ancaman keamanan utama. Dalam situasi seperti ini, ketidakpastian dukungan AS bisa membuat Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya perlu meningkatkan kerja sama keamanan antar regional.
Jika Trump kembali terpilih, Indonesia mungkin perlu mempertimbangkan pendekatan alternatif, baik dengan memperkuat kemampuan militer nasional maupun meningkatkan kerja sama pertahanan di tingkat ASEAN untuk menjaga kedaulatan di kawasan yang rawan konflik ini.
4. Dampak pada Kebijakan Iklim dan Lingkungan
Kebijakan Trump yang cenderung skeptis terhadap perubahan iklim bisa menghambat kerja sama global di bidang lingkungan, terutama dalam upaya mencapai target pengurangan emisi karbon. Indonesia yang menargetkan pengurangan emisi hingga 29% pada 2030 akan mengalami tantangan besar jika AS menarik dukungan untuk program lingkungan internasional.
Indonesia adalah salah satu negara dengan emisi gas rumah kaca tinggi, dan kontribusi internasional sangat penting dalam mendanai proyek-proyek mitigasi perubahan iklim. Pada 2021, emisi gas rumah kaca Indonesia mencapai sekitar 600 juta ton CO2e. Jika dukungan AS berkurang, Indonesia harus lebih mandiri dalam mendanai proyek-proyek pengurangan emisi, yang bisa berdampak pada sektor ekonomi lainnya.
5. Kerjasama Kesehatan dan Krisis Kesehatan Global
Pandemi COVID-19 menunjukkan pentingnya koordinasi kesehatan global. Trump sebelumnya menarik AS dari World Health Organization (WHO) dan mengurangi pendanaan untuk program kesehatan global, yang menghambat koordinasi penanganan pandemi. Jika Trump kembali mengadopsi kebijakan yang sama, negara-negara berkembang seperti Indonesia bisa mengalami kesulitan dalam mendapatkan bantuan dan dukungan untuk penanganan krisis kesehatan. Dengan populasi besar dan infrastruktur kesehatan yang terbatas, Indonesia sangat bergantung pada kerjasama internasional dalam memastikan ketersediaan vaksin dan dukungan medis lainnya.
Pada 2021, hanya sekitar 64% penduduk Indonesia yang sudah divaksinasi penuh. Jika dukungan AS untuk organisasi kesehatan global berkurang, ini bisa memperlambat distribusi vaksin dan penanganan pandemi di masa depan.
Jika Donald Trump kembali menjadi Presiden AS, Indonesia kemungkinan akan menghadapi berbagai tantangan baru dalam hubungan perdagangan, investasi, keamanan regional, dan kerja sama internasional. Kebijakan "America First" yang cenderung proteksionis bisa mempengaruhi perdagangan bilateral dan investasi AS di Indonesia, serta memengaruhi stabilitas kawasan dan kolaborasi internasional dalam isu lingkungan dan kesehatan.
Namun, di sisi lain, ketegangan AS dengan China di bawah kepemimpinan Trump juga bisa memberikan peluang bagi Indonesia untuk menarik investasi dari perusahaan yang ingin mengalihkan operasi dari China ke Asia Tenggara. Di tengah ketidakpastian, Indonesia perlu memperkuat ketahanan ekonominya, mendiversifikasi pasar ekspor, dan meningkatkan peran di forum-forum internasional untuk mengimbangi dinamika kebijakan AS.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI