Mohon tunggu...
Timotius Apriyanto
Timotius Apriyanto Mohon Tunggu... Konsultan - OPINI | ANALISA | Kebijakan Publik | Energi | Ekonomi | Politik | Filsafat | Climate Justice and DRR

Penulis adalah praktisi Pengurangan Risiko Bencana dan Pengamat Sosial

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Membaca Risiko Ancaman Resesi Ekonomi Indonesia 2025, Saat Rupiah Mendekati Rp 16.500/US$

17 Juni 2024   10:32 Diperbarui: 17 Juni 2024   13:40 984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi grafis dari sumber: muaraindonesia.com

Prediksi saya dalam tulisan opini bulan April 2024 di Kompasiana "Terburuk Sejak 26 Tahun Terakhir, Wajah Ekonomi Indonesia Pasca Terpuruknya Rupiah Melampaui Rp 16.000/US$ di Tahun 2024" hanya mleset sebulan. Saat itu saya memprediksi Rupiah bisa menyentuh Rp 16.500 / US$ di pertengahan Mei 2024.

Faktanya, baru dipertengahan Juni 2024, Rupiah hampir menyentuh Rp 16.500. Rupiah memang justru sempat menguat di pertengahan hingga akhir Mei 2024, karena kebijakan Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan BI dan pengumuman cadangan devisa negara Indonesia. Namun hal itu tidak cukup kuat menahan melorotnya Rupiah, karena beberapa faktor dibawah ini:

  • Ketidakpastian arah kebijakan fiskal pemerintah Indonesia di masa depan.
  • Lemahnya pasar valuta asing
  • Tingginya suku bunga US$
  • Prospek US$ yang kuat.
  • Beban fiskal pemerintah semakin bertambah berat terkait ambisi proyek IKN, dan program pemerintah kedepan, termasuk program makan siang gratis.
  • Proyeksi pendapatan pemerintah Indonesia yang menurun sampai akhir 2024 dan 2025.

Morgan Stanley menurunkan peringkat ekuitas bursa saham Indonesia menjadi "underweight" dalam alokasi perusahaan di pasar Asia dan negara berkembang. Peringkat underweight merupakan "highlight" istilah dalam perdagangan saham yang artinya saham diduga akan "volatil" dan berisiko mengalami penurunan harga dibandingkan saham lainnya dalam satu sektor yang sama. Peringkat  "underweight" ini akan secara tidak langsung menurunkan "market confidence" dalam waktu singkat.

Berdasarkan beberapa catatan tersebut, saya memprediksi nilai rupiah sampai akhir tahun 2024 bisa melemah hingga di titik Rp 17.500 atau lebih buruk.

Rupiah termasuk dalam sepuluh mata uang dengan nilai terendah di dunia yang sedang bermasalah yaitu terancam defisit pasokan US$. Dalam jangka pendek pemerintah harus mencegah memburuknya defisit pasokan US$, agar mata uang Rupiah tidak semakin terpuruk. Mencegah defisit pasokan US$ memerlukan pendekatan multifaset.

Beberapa pendekatan strategi utama untuk mencegah memburuknya defisit pasokan US$ antara lain:

1. Meningkatkan surplus neraca perdagangan
2. Meningkatkan kinerja foreign direct investment (FDI).
3. Meningkatkan cadangan devisa negara
4. Meningkatkan MICE Internasional dan promosi pariwisata untuk turis mancanegara.
5. Meningkatkan remitansi melalui jaringan diaspora Indonesia di luar negeri dan pekerja migran Indonesia.
6. Menjaga stabilitas makro prudensial melalui kebijakan fiskal dan moneter yang pro market.

Hal diatas adalah rekomendasi klasik untuk menjaga stabilitas moneter secara teknis. Dalam dimensi politik kebijakan, pilihan kebijakan ekonomi untuk menjalankan reformasi struktural sebetulnya sudah sangat tepat.

Permasalahannya adalah tidak berjalannya reformasi struktural yang efektif dan "impactful", di tengah reformasi hukum dan situasi politik yang sedang tidak baik-baik saja.

ilustrasi grafis dari sumber: muaraindonesia.com
ilustrasi grafis dari sumber: muaraindonesia.com

Melihat Kondisi APBN 2024 dan 2025

Total Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 mencapai Rp 3.500 triliun dan defisitnya ditetapkan sebesar Rp 600 triliun atau kisaran 2,45% hingga 2,82% dari produk domestik bruto (PDB). Pada tahun 2024 defisit anggaran dipatok hanya 2,29% dari PDB dan pada tahun 2023 sebesar 1,82% dari PDB.

Posisi cadangan devisa Republik Indonesia pada akhir Mei 2024 tercatat sebesar 139 miliar US$ atau setara dengan Rp 2,085 triliun. (kurs 1 US$ = Rp 15,000) atau setara dengan Rp 2.293,5 triliun (kurs 1 US$ = Rp 16,500).

Mampukah pemerintah kedepan meningkatkan cadangan devisa dan menjaga kondisi keuangan negara untuk tetap sehat ditengah ketidakpastian global?

Utang Jatuh Tempo

Berdasarkan data profil jatuh tempo utang dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, utang pemerintah RI yang jatuh tempo pada 2024 sebesar Rp 434,29 triliun, terdiri dari kewajiban dalam bentuk Surat Berharga Negara (SBN) Rp 371,8 triliun, dan pinjaman lain Rp 62,49 triliun.

Biro Riset Infobank (birI), mencatat total jumlah utang RI hingga kini 2024 sebesar Rp8.338 triliun. Tahun 2024 ini beban APBN untuk membayar bunga utang saja sebesar Rp434,29 triliun, sedangkan utang jatuh tempo tahun 2025 mencapai Rp800,33 triliun, naik nyaris 2 kali lipat sebesar Rp434,29 triliun.

Bank Indonesia harus segera menyuntikkan devisa ke pasar yang "suka tidak suka" harus diambil dari cadangan devisa pemerintah Indonesia. Kita tunggu juga misalnya intervensi Bank Indonesia yang bisa melepaskan cadangan emas ke pasar sebagai hedging atas nilai US$. Faktor dalam negeri relatif bisa kita pengaruhi dibanding faktor luar negeri atau faktor global tentunya.

Ancaman Resesi Ekonomi 2025

Kita maknai resesi ekonomi secara sederhana sebagai suatu kondisi dimana perekonomian suatu negara sedang memburuk yang terlihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) yang negatif, pengangguran meningkat, maupun pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut.

Mencermati kondisi ekonomi global dan nasional, serta kecenderungan politik dan ekonomi yang ada, maka ancaman resesi ekonomi riil bisa sangat mungkin terjadi.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia nampaknya positif, namun hal ini karena didukung oleh belanja pemerintah yang besar misalnya dari sektor administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib.

Proyeksi situasi ekonomi 2025 akan sangat bergantung pada kemampuan tim ekonomi Jokowi mengatasi potensi krisis moneter di tahun 2024. Situasi ancaman risiko resesi 2025, hendaknya dilihat secara serius sebagai salah satu bentuk "early warning".  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun