Momentum akan terjadi setelah ada faktor pemicu yang bekerja mengubah energi teror dengan gabungan beberapa elemen di atas. Pesan dibalik ledakan bom di Makassar itu bisa jadi merupakan upaya membayar dendam jaringan teror, sekaligus sebagai bukti eksistensi jaringan bagi para pengikutnya.Â
Membaca Pola Aksi Teror di Indonesia
Aksi teror oleh kelompok ekstrim memiliki pola yang identik dengan rencana agenda aksi maupun identitas kelompok teroris. Hal ini menjadi bagian dari analisa intelijen yang sangat penting untuk melakukan pencegahan melalui sistem peringatan dini terhadap aksi terorisme di Indonesia.Â
Banyak serangan teror terjadi di Indonesia, pasca tragedi kemanusiaan serangan World Trade Center (WTC) di Manhattan, kota New York pada 11 September 2001, sebagai teror terburuk sepanjang sejarah. Serangan di WTC tersebut telah mengakibatkan 2,977 korban jiwa, lebih dari 25,000 terluka ringan sampai berat, serta rusaknya infrastruktur dan properti senilai lebih dari $10 Milyar. Ada 340 orang aparat keamanan dan anggota pemadam kebakaran yang menjadi korban dalam serangan teror tersebut dan 72 di antaranya meninggal dunia. Â
Serangan 911 WTC ini telah merubah lanskap terorisme internasional yang sebelumnya sporadis kurang terorganisir menjadi semakin mengerucut dan lebih terorganisir. Kebijakan Perang Melawan Teror yang dideklarasikan oleh Amerika juga telah banyak mempengaruhi peta isu politik dan keamanan dunia.
Beberapa aksi penyerangan menggunakan bom di Indonesia, nampak semakin sering terjadi pasca insiden WTC. Teror bom tersebut terjadi pada tahun 2002, 2003, 2004, 2005, 2009, 2010, 2011, 2013, 2016, 2018, 2019, dan 2021.Â
Serangan bom Bali 1 terjadi tepat 1 tahun, 1 bulan dan 1 hari setelah Serangan 11 September 2011 tepatnya terjadi pada malam hari tanggal 12 Oktober 2002.Â
Dalam insiden ini terjadi dua ledakan, pertama  di Paddy's Pub dan Sari Club (SC) di Jalan Legian, Kuta, Bali, disusul ledakan bom di dekat Kantor Konsulat Amerika Serika yang mengakibatkan 202 korban jiwa dan 209 orang terluka. Insiden ini merupakan peristiwa terorisme paling buruk dalam sejarah teror di Indonesia dan sebagai teror terburuk pertama di dunia pasca insiden 911. Bom Bali 1, menggunakan bom berjenis TNT seberat 1 kg, dan untuk lokasi di depan Sari Club, menggunakan bom RDX berbobot antara 50--150 kg.
Beberapa teror bom berikutnya terjadi antara lain pengeboman Jakarta 2003 (Pengeboman JW Marriott 2003) di kawasan Mega Kuningan, Jakarta, Â pada hari Selasa, 5 Agustus 2003 dari ledakan bom mobil bunuh diri dengan menggunakan mobil Toyota Kijang serta menewaskan 12 orang dan mencederai 150 orang.
Pada tanggal 9 September 2004 terjadi serangan bom di Kedubes Australia, kawasan Kuningan, Jakarta. Pihak Indonesia mencatat 9 orang meninggal sedangkan pihak Australia mencatat 11 orang meninggal dan tidak ada korban meninggal dari warga negara Australia.Â
Teror bom bunuh diri berikutnya dikenal sebagai bom Bali 2, terjadi satu bom di Kuta dan dua bom di Jimbaran Bali pada tanggal 1 Oktober 2005, serta menyebabkan 23 orang meninggal dunia dan 196 orang terluka. Â Â
Serangan bom bunuh diri kembali terjadi di hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton pada kawasan Mega Kuningan, Jakarta tepatnya pada hari Jumat pagi, 17 Juli 2009 dan telah menewaskan 9 orang korban serta melukai lebih dari 50 orang lainnya, terdiri dari warga negara Indonesia maupun warga negara asing.