Strategi intervensionis kehilangan daya tariknya pada dekade 1980-an, ketika pemerintahan Ronald Reagan menekankan mekanisme kekuatan pasar bebas, pemerintahan kecil yang efisien dan efektif, deregulasi, dan kebijakan ekonomi yang lebih lunak.Â
Kebijakan Reagan ini diikuti oleh pemerintahan Thatcher juga menyukai deregulasi dan privatisasi di Inggris. Â Ekonomi Amerika Latin dan negara-negara berkembang yang mengadopsi substitusi impor sebagai strategi pembangunan berada dalam krisis utang pada periode 1980-an. Â
Negara-negara berkembang yang meminta bantuan dari IMF termasuk Indonesia, untuk mengatasi masalah  krisis utang mereka diharuskan untuk mengadopsi Kebijakan Penyesuaian Struktural yang seharusnya mengubah ekonomi yang memiliki (i) kebijakan substitusi impor, (ii) tingkat inflasi tinggi, dan (iii) defisit pemerintah yang besar  untuk ekonomi berbasis pasar. Â
Penyesuaiannya adalah mengembalikan neraca pembayaran, mengurangi inflasi, menstabilkan nilai tukar, mencapai keseimbangan neraca anggaran pemerintah, dan menempatkan negara dalam jalur pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Â
Pencapaian  tujuan-tujuan tersebut dilakukan dengan  penyesuaian kebijakan publik untuk privatisasi industri negara, memotong pengeluaran sosial dan pengeluaran pemerintah, mengenakan biaya untuk layanan kebutuhan hak dasar seperti pendidikan dan kesehatan, menghilangkan kontrol harga, mendevaluasi mata uangnya, mendorong liberalisasi perdagangan, serta meningkatkan tata kelola.
Pada saat yang sama, keberhasilan Jepang, Korea, Taiwan, Hong Kong, dan Singapura dalam mencapai pertumbuhan ekonomi melalui strategi yang bertumpi pada ekspor juga berkontribusi pada berkurangnya daya tarik strategi intervensionis ini.
Menuju Equilibrium Ekonomi Baru
Tiongkok sebagai contoh negara yang telah menerapkan pendekatan intervensis sangat kuatpun telah berubah secara revolusioner menjadi negara yang menggunakan prinsip ekonomi berbasis pasar.Â
Kebijakan ini ditempuh untuk keluar dari kemiskinan ekstrem yang dulu melanda lebih dari 600 juta orang di Tiongkok. Saat ini negara Tingkok  telah keluar dari krisis kemiskinan ekstrem dan menjadi poros pertumbuhan bagi ekonomi dunia.Â
Upah rata-rata buruh telah berlipat dua setiap dekade, sementara Amerika Serikat justru cenderung untuk melakukan  penurunan upah dengan beban administrasi yang berat.
Tiongkok memimpin dunia dalam berbagai inovasi teknologi dengan energi hijau. Proses pembangunan yang dipimpin oleh pasar di Tiongkok dilakukan dengan sistem politik berbeda dari demokrasi liberal gaya barat yang masih memungkinkan sistem monopoli terjadi.Â