Alkisah, sebelum aneka wujud kehidupan ada, Sang Pemilik Semesta menciptakan mahkluk-makluk luar biasa yang diberikan kekuatan dan kekuasaan melebihi manusia. Termasuk di antara makhluk-makhluk itu adalah tiga bersaudara: Helios, Selene, dan Eos. Ketiganya tinggal bersama nenek tercinta, Gaia.
Helios, anak lelaki, adalah yang tertua di antara kakak-beradik itu. Ia pemuda yang senantiasa bersemangat. Oleh gelora antusiasme, pendar cahaya menyilaukan dan hangat terpancar pada wajahnya.
Selene, adik perempuan Helios, berwajah sendu.
Selene adalah wujud tertua kaum Lucinta L. Tetapi alih-alih memutuskan satu jenis gender, Selena lebih suka berganti-ganti tampilan secara periodik.
Ada masa ia sungguh feminim. Wajahnya berbinar-binar. Dalam sosok itu, ia dikenal sebagai Pur.
Ada masa ia menjadi lelaki kalem nan ramah. Semburat senyum selalu terpancar pada wajahnya, membentuk bibirnya sabit berkilau pendar putih. Orang-orang akan memanggilnya Hilal.
Si Bungsu adalah Eos; sangat cantik tetapi ia pemalu. Jika ingin menatapnya datanglah ke kediaman Gaia saat terdengar ayam jago berkokok sahut-sahutan.
Gaia, perempuan berjuluk Terra Mater, sang nenek yang sangat dicintai cucu-cucunya.
Sebagai bungsu, Eos sangat dekat dan manja pada sang nenek. Oleh cintanya tiada pernah Eos lewatkan hari tanpa terlebih dahulu melongokkan kepala ke bilik Gaia. Begitulah setiap hari, sebelum remaja beranjak pemudi cantik itu tenggelam dalam aktivitas lain di kamarnya.
Hanya saat Heos mengunjungi Gaia itulah, dirimu dapat memandang pukau pada elok parasnya.
Helios tak kalah cintanya pada sang nenek. Sepulang Eos, Helios akan mengantikan menemani  Gaia melewati hari. Ketika Helios lelah dan hendak beristirahat, giliran Selena menggantikannya.
Demikianlah tiga bersaudara itu melewati hari-hari mereka bersama nenek tercinta ... dan sungguh Gaia berbahagia oleh cinta cucu-cucunya.
Sebagai perempuan sepuh, Gaia punya kebiasaan mati raga, berpantang makan-minum dan hal-hal menyenangkan lain selama satu siklus perubahan gender Selene, sekali dalam setahun.
Ketika masa itu tiba, Gaia akan akan berhenti makan-minum semenjak Eos pulang menjenguknya, dan baru akan makan-minum lagi setelah Helios hendak kembali ke kamarnya untuk beristirahat.
Aktivitas ini berlangsung setiap hari, berakhir saat Selene berubah menjadi Hilal.
Tahun ini, ketika Gaia harus menuntaskan mati raga sebulannya, Helios jatuh sakit. Wajah Helios tidak seberseri-seri yang lazim.
Orang-orang di kampung Gaia cemas. Sebab kalau Helios sakit, Gaia ikutan sedih. Padahal perempuan tua itulah sepuh yang punya kesaktian memelihara kehidupan mereka.
Para penduduk percaya,jika perempuan tua itu bersedih hati, hasil panen mereka bisa gagal sebab angin uring-uringan, gunung-gunung merutuk resah, awan gemawan berubah murung dan lebih sering sesunggukan, berhari-hari lamanya.
Orang-orang berdebat tentang sakit apa yang sedang Helios derita. Ada yang bilang Helios terjangkit Covid-19, penyakit baru bangsa manusia. Ada pula, terutama para tetua mengisahkan Helios menderita sakit yang normal, sudah jadi siklus tubuhnya, seperti kanak-kakan selesma setiap pancaroba.
Hebatnya, bangsa manusia selalu punya nama untuk setiap peristiwa. Mereka menyebut kondisi terparah penyakit Helios sebagai Dalton Minimum.
Yang bikin pusing, jika Helios sakit, Selena dan Eos sangat bersedih hati sehingga ikutan sakit.
Gaia sungguh dibuat pusing karena itu. Malam kemarin Hilal tak menghampiri biliknya. Entah kemana cucu perempuan itu. Yang Gaia tahu, sudah kebiasaann Selena ikut sakit saat Helios sakit. Tetapi sesakit-sakitnya, dulu-dulu Selena selalu sempatkan menyapa Gaia saat malam tiba.
Hhhhhh ... padahal Gaia harus sudah menyudahi siklus mati raga. Ia sudah bersumpah sakti -- tak boleh dilanggar -- mati raga sebulannya akan berakhir saat Selena datang ke biliknya sebagai Hilal. Di tahun-tahun yang berlalu, Hilal akan muncul dari arah kepergian Helios, melempar senyum bibir menyabit berpendar putih itu.
Tanpa kemunculan Hilal, Gaia harus memperpanjang hari bermati raga.
Sial! Seperti sudah dicemaskan, esok hari, Eos juga tidak muncul. Karena Eos tidak muncul, ayam-ayom jago tidak berkokok, tak tak ada tanda dimulainya jam bermati raga.
Kokok ayam jago pada hakiktnya adalah cat calling terhadap Eos. Ayam-ayam jaga yang machois itu akan bersahut-sahutan melakukan cat calling. Mereka pikir, dengan itu mereka sedang memuja kecantikan Eos.
Jadilah Gaia terperangkap dalam ketidakpastian. Ingin menyudahi mati raga sebulan, Hilal tak muncul. Ingin melanjutkan bermati raga, Eos tidak datang.
Demi menyudahi mati raga yang sudah berhari-hari ini, Gaia beringsut ke kamar Selena.
Tiga kali ia mengetuk, Selena tak juga membukakan pintu.
Akhirnya Gaia membukanya. Syukurlah tidak dikunci.
Astagaaaa! Selena - kini dalam wujud Hilal - terbaring lemah di tempat tidur. Wajahnya pucat pasi. Ia mencoba tersenyum kepada Gaia. Khas, bibirnya membentuk sabit. Tetapi kini tak ada pendar putih memancar di sana.
"Jangan kaget, Nek. Pendar putih bibir sabitku berasal dari pantulan cerah ceria wajah Helios. Jika ia sakit begitu, lenyap pula pendar dar wajahku. Aku tak punya tenaga untuk menjenguk ke kamarmu, Nek."
***
Note:
- Dalam mitologi Yunani, Helios adalah Dewa Matahari, Selena Dewi Bulan, Eos Fajar, dan Gaia Dewi Bumi.
- Dalton Minimum adalah periode jumlah bintik matahari rendah, yang mewakili aktivitas matahari rendah, dinamai menurut ahli meteorologi Inggris John Dalton .[1]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H