Di Eropa, komunisme lahir di tengah gerakan buruh melawan penghisapan kapitalisme. Di Asia, Â komunisme lahir sebagai respon terhadap kolonialisme. Demikian pula dengan Korea.
Baca dulu BAGIAN KESATU agar tidak gagal konteks dan kehilangan benang merah.
Kelahiran gerakan komunis di Korea
Mulanya perlawanan rakyat Korea terhadap pendudukan Jepang diliputi semangat paham lama, hendak mengembalikan kedaulatan monarki Korea yang terbelakang itu.Â
Semangat ini melandasi aksi pembunuhan terhadap penguasa Jepang di Korea, Residen Jenderal Ito Hirobumi pada 1906. Jepang meresponnya dengan mengubah status Korea dari protektorat menjadi koloni (wilayah jajahan).
Semangat mengembalikan kekuasaan monarki jugalah yang menggerakkan perlawanan bersenjata Uibyong 'Tentara Kebenaran'. Jepang dengna mudah mematahkannya.Â
Sekitar 20 ribu tentara Uibyong terbunuh dalam pertempuran, sisanya dibuang ke Manchuria. Kelak, para laskar Uibyong dalam pembuangan menjadi unsur penting faksi Kim Il Sung dalam tubuh Partai Buruh Korea.
Kemunafikan Amerika Serikat secara tidak terduga punya jasa terhadap terbitnya nasionalisme Korea. Pada Januari 1918, Presiden AS Woodrow Wilson mengusulkan kepada kongres prinsip-prinsip penyelesaian Perang Dunia Pertama yang salah satunya adalah pengakuan atas hak penentuan nasib sendiri bangsa-bangsa terjajah.
Sebuah sikap yang sungguh munafik sebab Filipina yang dijajah AS tidak termasuk di dalam bangsa-bangsa yang punya hak menentukan nasib sendiri. Demikian pula Korea yang penjajahannya oleh Jepang diakui AS dalam perjanjian Taft-Katsura.
Merespon kemunafikan AS, para pelajar Korea di Jepang menyusun Deklarasi Kemerdekaan Korea. Deklarasi ini disampaikan di Seoul oleh 33 pemimpin pergerakan Korea pada 1 Maret 1919 yang disertai mobilisasi ratusan ribu rakyat Korea.
Jepang merepresi aksi itu dengan pembantaian. Ribuan orang tewas di ujung bedil tentara Nipon. Puluhan ribu dipenjara. Peristiwa ini kemudian terkenal sebagai Sam-il Movement  'Gerakan Satu Maret'.
Perisitiwa Sam-il Movement mendorong kelahiran tiga ideologi gerakan: nasionalis, komunis, dan anarkis.
Kubu nasionalis, orang-orang Korea dalam pengasingan di Shanghai mendeklarasikan pembentukan pemerintahan darurat Korea dengan Sungman Rhee sebagai presidennya. Pada 1925 Rhee diturunkan oleh Majelis Pemerintahan Sementara karena korupsi dan penyalahgunaan wewenang.
Kaum komunis mendirikan Partai Komunis Korea (dengan pencampuran sentimen nasionalis yang kental) pada Januari 1918. Partai ini masih merupakan bgian dari Partai Komunis Uni Soviet.
Sementara unsur komunis lain menyusup masuk ke Korea, melakukan gerilya politik yang kelak melahirkan Partai Komunis Korea di Seoul pada 1925. Salah satu tokoh kelompok kedua ini adalah Pak Hon Young.Â
Di kemudian hari Pak Hon Young menjadi wakil Kim Il Sung (Ketua Wilayah Selatan/Korea Selatan) setelah Amerika Serikat dan Uni Soviet membagi dua Korea.
Gerakan berideologi Anarkisme melakukan perlawanan lewat aksi teror bom di Tokyo. Kelompok gerakan atau ideologi yang terakhir ini sudah pernah saya tulis dua tahun lalu dalam artikel "Anarchist from Colony, Cerita tentang Rebel Boy Korea yang Lebih Keren dari Dilan".
Pada periode 1925-1928, gerakan komunis di Korea bertumbuh sangat baik, terutama di kalangan petani melalui gerakan yang berafiliasi dengan Krestintern, organisasi petani internasional yang berpusat di Moskow didirikan oleh Komintern pada 1923.Â
Penguasaan Jepang terhadap tanah petani Korea adalah kondisi material objektif yang meluaskan pengaruh gerakan ini.
Di tingkatan front, gerakan pembebasan nasional Korea juga berkembang sangat baik, terutama oleh terbentuknya Singanhoe, front kaum komunis dan nasionalis radikal.Â
Persatuan ini terinspirasi oleh kerjasama (mula-mula) antara Partai Komunis China dan Partai Nasionalis China. Yang menarik, saya lupa pernah membaca di mana, aliansi nasionalis-komunis merupakan usulan Snevielt, tokoh pendiri ISDV, cikal bakal Partai Komunis Indonesia.Â
Itu sebelum Snevielt berubah menjadi pengkritik ulung Komintern.
Sayangnya, pada 1927 Partai Komunis Uni Soviet jatuh ke tangan Stalin, mengubah wajah pusat gerakan komunisme itu menjadi one nation socialism dan fasisme sosial.Â
PKUS membubarkan Partai Komunis Korea, menginstruksikan kader-kader komunis Korea bergabung bergabung ke Partai-Partai Komunis di masing-masing negara.
Di sisi lain, Jepang memasuki periode tangan besi, melancarkan gerakan penghancuran terhadap kaum komunis Jepang dan Korea.
Dua kondisi ini melemahkan gerakan komunis dan nasionalis Korea periode pertama. Aliansi  Singanhoe mati, Partai Komunis Korea kocar-kacir.
Munculnya Kim Il Sung
Kim Il Sung lahir 15 April 1912 dalam masa pelarian keluarganya di Machuria setelah Jepang menduduki Korea. Nama aslinya Kim Sung Ju.
Pada usia 14 tahun Kim Sung Ju meninggalkan bangku sekolah untuk bergabung dengan Liga Anti-Imperialisme, Â Down-with-Imperialism Union (DIU). Kelak DIU diklaim sebagai organisasi yang didirikan Kim Il Sung serta menjadi akar Partai Buruh Korea dan ideologi Juche.
Pada usia 17 tahun (1929), Kim Sung JU dipenjara selama delapan bulan atas keterlibatannya dalam pendirian Liga Pemuda Korea di Manchuria.
Selepas Penjara, Kim Sung Ju terjun ke gerakan bersenjata dengan bergabung dalam Anti-Japanese Volunteer Armies. Ini adalah organisasi perjuangan bersenjata para pemuda  yang didirikan Partai Komunis Tiongkok cabang Manchuria. Di masa inilah Kim mengganti nama aslinya, Kim Sung Ju dengan nama gerilya Kim Il Sung.
Pada 1931 Jepang menginvasi Manchuria. Rakyat China bahu-membahu dengan para pelarian Korea, terutama para mantan pasukan  Uibyong, melakukan perlawanan. Kim Il Sung turut serta, angkat senjata di bawah bendera Tentara Revolusioner Rakyat Korea.
Pertempuran melawan Jepang mengangkat nama Kim Il Sung. Salah satu yang membuatnya sangat terkenal adalah ketika pada Juni 1937 ia memimpin 200 pasukan menyerang garnisun Jepang di  Pochonbo, sebuah desa di Perbatasan Tiongkok dan Korea.
Tetapi kuatnya pasukan Jepang memaksa Kim Il Sung dan kawan-kawannya melarikan diri ke wilayah Uni Soviet. Saat itu Jepang dan Uni Soviet terikat perjanjian tidak saling menyerang, ditandatangani pada April 1941.
Dalam masa pelarian ke Uni Soviet inilah Kim Il Sung mendapat pendidikan kemiliteran dan ideologi Stalinisme.
Selama masa pelatihan itu, Uni Soviet menempatkan Kim Il Sung dalam Brigade ke-88 di Sekolah Infanteri Khabarovsk dan ditugaskan di perbatasan Uni Soviet dan China. Di sinilah Kim menikahi  Kim Jong Suk yang melahirkan putra pertama mereka, Kim Jong Il.
Saat itu Kim Il Sung belum menjadi pemimpin Komunis Korea Utara. Ia tidak dikenal luas, bahkan oleh para tokoh komunis Korea di luar gerilyawan anti-Jepang di Manchuria.
Nama Kim Il Sung baru mulai berkibar setelah Jepang menyerah dan Korea jatuh ke tangan Amerika Serikat dan Uni Soviet.
Pasukan Uni Soviet sudah masuk wilayah Korea Utara sehari setelah mendeklarasikan perang terhadap Jepang, 8 Agustus 1945. Tujuh hari kemudian, Jepang menyerah dalam Perang Dunia Kedua.
Kim Il Sung dan kawan-kawannya di Brigade 88 didaratkan Uni Soviet di Korea Utara pada 19 September. Jadi Kim Il Sung tidak terlibat dalam penyerbuan pembebasan Korea Utara dari pendudukan Jepang.
Uni Soviet memperkenalkan Kim Il Sung sebagai gerilyawan, bukan pemimpin politik. Hal ini menunjukkan tidak ada niat mula-mula dari Uni Soviet untuk menjadikan Kim Il Sung pemimpin Korea Utara. Bahkan mungkin Kim Il Sung sama sekali tidak masuk dalam radar red talent di mata pemimpin Uni Soviet.
Ketika Uni Soviet membentuk Komite Persiapan Kemerdekaan Korea (PKCI), Kim Il Sung dan kelompoknya ditunjuk sebagai penghubung tidak resmi antara Partai Komunis Uni Soviet dengan partai-partai non-Komunis di Korea yang terlibat di dalam PKCI.
PKCI yang saat itu berfungsi sebagai pemerintahan sementara Korea Utara kemudian bubar karena pertentangan merespon proposal  Roosevelt (AS). Kim Il Sung dan kawan-kawannya menyatakan loyalitas terhadap garis komintern.
Sikap Kim Il Sung itulah yang membuat Komintern mempromosikannya sebagai salah satu pemimpin Komunis di Korea Utara. Pada 8 Februari 1946, Komintern/PKUS mengangkat Kim Il Sung sebagai Kepala Komite Rakyat Sementara yang menjalankan fungsi pemerintahan di Korea Utara.
Meski demikian, Kim Il Sung belum menjadi tokoh paling berpengaruh di kalangan komunis Korea Utara. Masih banyak tokoh senior, terutama yang berasal dari angkatan pertama gerakan Komunis di Korea memiliki faksi-faksi sendiri.
Pada artikel selanjutnya kita akan membahas peristiwa yang berdampak pada penyingkiran faksi-faksi saingan di tubuh komunis Korea Utara hingga menyisakan faksi Kim Il Sung, dan apa yang menyebabkan Komunis Korea Utara memilih jalan sendiri, independen terhadap Uni Soviet dan China.
Seperti sebelumnya, kita akan membahasnya setelah artikel ini memiliki 500 pembaca.
Baca Serial Lengkap "Prediksi Keruntuhan Juche pasca-Kematian Kim Jong-un"
Bahan Bacaan:
- Ford, Glyn, and Soyoung Kwon. 2018. North Korea on the Brink: Struggle for Survival. London: Pluto Press.
- J. Kim, Ilpyong. 2003. Historical Dictionary of North Korea. The Scarecrow Press, Inc.
- Kim, Sung Chull. 2006. North Korea under Kim Jong Il: From Consolidation to Systemic Dissonance. State University of New York Press.
- Lankov, Andrei. 2005. Crisis in North Korea: The Failure of De-Stalinization, 1956. University of Hawai'i Press.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H