Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Prediksi Keruntuhan Juche Jika Kim Jong Un Meninggal

3 Mei 2020   04:51 Diperbarui: 14 Mei 2020   01:33 2479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kim Jon Un [AFP/Korean News Agency via Kompas.com]

Kim Jong Un batal meninggal. Tao masih berpihak kepadanya. Padahal sejak rumor kematian dirinya, dalam kepala saya sudah kecamuk tanda tanya, apakah Juche akan turut runtuh? Kehancuran Juche akan mengubah sama sekali wajah Korea Utara.

Selama ini banyak yang menyangka Korea Utara adalah negara komunis. Sedikit saja yang tahu jika sejak Desember 1955, ideologi Korea Utara sudah berubah dari Stalinisme menjadi Juche.

Itu adalah saat Kim Il Sung, kakek Kim Jong Un, menyampaikan pidato kepada para propagandis dan agitator Partai Buruh Korea, "On eliminating dogmatism and formalism and establishing Juche in ideological work," 28 Desember 1955.

Meski masih menggadang-gadang slogan marxisme, sosialisme, komunisme, dan Marxist-Leninisme, pada dasarnya Juche bukan lagi semua itu. 

Juche adalah sesuatu yang sama sekali baru dan bahkan bertentangan dengan ideologi dan pemikiran Marxisme pun Marxist-Leninisme. Juche bahkan tidak sama dengan Stalinisme.

Pada 2018, Zack Beauchamp, jurnalis koresponden senior Vox, dalam artikelnya mencoba menjelaskan Juche sebagai "It borrows much of its language from Marxism but also draws on Confucianism, 20th-century Japanese imperialism, and traditional Korean nationalism."

Beauchamp benar. Juche hanya meminjam istilah-istilah dalam Marxisme, tetapi isi dalamnya merupakan percampuran konfusianisme, imperialisme Jepang, dan nasionalisme tradisional Korea.

Lebih tepat lagi istilah yang disampaikan sejarahwan Bruce Cumings. Juche adalah "Neo-Confucianisme in the communist bottle" dan "Chu Shi in Mao Jacket."[David-Wes, 2011] Seperti botol kecap isi saos tomat.

Tetapi sebelum kita melangkah ke pembahasan tentang Juche dan mengupas pertentangannya dengan Marxisme dan Marxist-Lennisme, bahkan Stalinisme, ada baiknya kita bicara tentang kemunculan Juche, yang bermula dari lahirnya Korea Utara sebagai negara Stalinis a la Soviet, berubah menjadi Stalinisme independen, lalu akhirnya menjadi negara dengan ideologi unik, Juche, dan menjadi kian aneh dengan diperkenalkannya Kimilsungnism.

Korea dalam bayang-bayang menyeramkan raksasa China, Jepang, dan Rusia

Sebelum Perang Dunia II, Korea adalah bangsa yang "terbelakang," terhimpit di antara tiga imperium besar yang bersaingan berebut wilayah: Rusia, Jepang, dan China. Hanya menunggu waktu negeri gingseng ini jatuh ke tangan salah satu imperium.

Ambisi Jepang untuk menguasai Korea sudah sejak akhir abad 19. Pada 1873 dua kubu elit kekuasaan di Jepang terlibat perdebatan sengit soal kapan waktu yang tepat untuk menginvasi Korea. Jepang selalu memandang Korea dan China bangsa yang lebih terbelakang dan menjadi panggilan tugas mulia Jepang untuk memajukannya.

Masa-masa perdebatan tentang nasip Korea ini disebut Seikanron. Saat itu, perdebatan berakhir dengan keputusan belum saatnya Jepang mengirim pasukan untuk menganeksasi Korea.

Serupa Jepang, Kekaisaran Rusia juga punya ambisi mencaplok Korea. Setelah meluaskan wilayahnya hingga menjangkau Afganistan dan Asia Tengah, Rusia membangun rel kereta api Trans-Siberia yang berujung di Vladivostok, tidak jauh dari Korea.

Tindakan Rusia dihadang Jepang, berdampak pecahnya konflik bersenjata yang dikenal sebagai insiden Tsushima.

Pada 1894-1895 pecah perang antara China dan Jepang (Sino-Japan War) yang diawali oleh perang proxi antara faksi elit-elit di Korea, antara kubu pro-Jepang versus pro-China. Pemerintahan boneka berdiri dan ditumbangkan, hingga akhirnya perang proxy pecah menjadi perang terbuka China versus Jepang.

Perang ini berakhir dengan kesepakatan damai (Perjanjian Shimonoseki) yang menguntungkan Jepang, salah satunya adalah Semenanjung Liaodong (wilayah Korea) jadi milik Jepang.

Baru dua tahun Jepang bercokol, pada 1897, Rusia menyerang dan menduduki Semenanjung Liaodong. Mereka mendirikan benteng Port Arthur dan menjadikan Liaodong pusat armada Rusia untuk kawasan Pasiik.

Sebelum pecah perang antara Rusia dan Jepang pada 1904 (Russo-Japanese war), pihak Jepang mencoba melakukan negosiasi, menawarkan Manchuria kepada Rusia, dan sebagai gantinya Jepang menguasai Korea bagian Utara. 

Rusia menolak penawaran itu. Maka pada 8 February 1904 Jepang mendeklarasikan perang terhadap Rusia dan menyerang benteng Port Arthur.

Sehari setelah serangan ke Port Arthur, Jepang mengirimkan pasukan ke Seoul dan memaksa penguasa Korea menandatangani perjanjian pengakuan Korea sebagai protektorat Jepang. Dalam waktu 12 bulan setelahnya, Jepang telah membentuk administrasi pemerintahan (dipimpin Gubernur Jenderal) yang efektif memerintah Korea.

Selain itu di Selatan, imperium besar lain, Amerika Serikat yang mengusai Filipina (setelah perang 1899-1902) menandatangani Perjanjian Taft - Katsura dengan Jepang, berisi pengakuan Amerika Serikat terhadap kekuasaan Jepang atas Korea.

Semenjak itu, Korea berada di bawah pendudukan Jepang dan baru merdeka di ujung perang Dunia II setelah Uni Soviet dan Amerika Serikat mengusir Jepang dan membagi Korea atas dua bagian, Utara untuk Uni Soviet dan Selatan untuk Amerika Serikat.

Kim Il Sung, kakek Kim Jong Un baru lahir 10 tahun setelah penyerbuan Jepang. Ia lahir di tengah pengungsian di Manchuria sebab keluarga Kim Il melarikan diri ke sana saat Jepang menyerbut Seoul.

Meski baru lahir dan menghabiskan masa kecil dan remaja dalam pengasingan di China (dan kemudian Uni Soviet) saya yakin Kim Il Sung turut berbagi memori kolektif bangsanya: Korea yang selalu ketakutan di bawah bayang-bayang para tetangga raksasa (China, Jepang, dan Rusia) yang haus wilayah jajahan.

Ketakutan dan ketidakpercayaan terhadap negeri-negeri tetangga ini saya kira patut dipertimbangkan punya kontribusi terhadap Juche.

Terjemahan Juche adalah self-reliance. Artinya kemampuan untuk memutuskan dan bertindak sendiri tanpa berharap bantuan orang lain; percaya pada diri sendiri.

Tentu saja, jika bangsamu terletak di wilayah yang berbatasan dengan tiga bangsa besar yang punya rekam jejak menjajah tetangga---bahkan empat jika ditambah Amerika Serikat yang bercokol di Korea Selatan--tak ada pilihan lain bagimu selain menekankan pentingnya membangun kemandirian, tidak mempercayakan nasib bangsa pada tetangga-tentangga menyeramkan itu.

Bersambung ke bagian 2: "Kelahiran gerakan komunis di Korea dan Kemunculan Kim Il Sung"

Baca Serial Lengkap "Prediksi Keruntuhan Juche pasca-Kematian Kim Jong-un"

Bahan bacaan:

  1. Beauchamp, Zack. 2018. "Juche, the State Ideology That Makes North Koreans Revere Kim Jong Un, Explained." Vox.Com, June 18, 2018. .
  2. David-West, Alzo. "Between Confucianism and Marxism-Leninism: Juche and the Case of Chng Tasan." Korean Studies 35 (2011): 93-121. Accessed May 2, 2020. .
  3. Ford, Glyn, and Soyoung Kwon. 2018. North Korea on the Brink: Struggle for Survival. London: Pluto Press.
  4. J. Kim, Ilpyong. 2003. Historical Dictionary of North Korea. The Scarecrow Press, Inc.
  5. Kim, Sung Chull. 2006. North Korea under Kim Jong Il: From Consolidation to Systemic Dissonance. State University of New York Press.
  6. Lankov, Andrei. 2005. Crisis in North Korea: The Failure of De-Stalinization, 1956. University of Hawai'i Press.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun