Peningkatan pendapatan akan lebih tinggi lagi jika pengolahan (handling) kemiri batu menjadi kemiri kupas menggunakan teknologi yang proper. Penggunaan oven memungkinkan pengontrolan suhu dan waktu pengeringan sehingga dapat meningkatkan proporsi kemiri kupas utuh hingga 60-80%.
Penggunaan oven tidak bisa dilakukan jika petani bekerja sendiri-sendiri sebab biaya depresiasi oven tidak tertutupi oleh peningkatan penghasilan dari volume yang terbatas.Â
Karena itu petani perlu didorong untuk berasosiasi dalam kelompok produsen. Pembelian oven dan handling yang dilakukan secara kolektif membuat biaya investasi peralatan menjadi lebih murah sebab dapat diimbangi volume produk.
Pembangunan asosiasi petani produsen kemiri juga memungkinkan petani berinvestasi pada pengadaan alat pengolahan cangkang kemiri (yang selama ini diangap limbah) menjadi produk bernilai ekonomis tinggi, bahkan lebih tinggi dibandingkan harga biji kemiri sebagai produk utama.
Cangkang kemiri mengandung holoselulosa 49,22% dan lignin 54,46 yang memberikan tekstur kaku dan keras pada tempurung kemiri,serta menghasilkan nilai kalor tinggi, cocok digunakan sebagai bahan baku arang dan briket arang.
Berdasarkan percobaan Permatasari dan Utami (2015), dari massa kemiri bercangkang dapat dihasilkan 73 persen bobot briket arang.
Di pasar, harga briket arang tempurung pada konsumen akhir Rp 25 ribu hingga Rp 50ribu per kg. Jika diasumsikan di tingkat produsen di Alor harga grosir briket arang Rp 10.000 per kg saja, petani di Alor bisa memperoleh tambahan penghasilan Rp 2,5 juta per ha lahan hanya dari pengolahan cangkang kemiri menjadi briket arang.
Pendapatan petani akan lebih besar lagi jika mereka melakukan pengolahan lanjut arang kemiri menjadi karbon aktif. Pada 2018, harga arang aktif kualitas non-ekspor berkisar Rp 30.000 per kg.
Dalam simulasi yang saya buat, jika petani bisa didorong menjadi chain activity integrators yang mengolah pula cangkang kemiri hingga menjadi arang aktif, pendapatan petani kemiri per hektar lahan meningkat dari Rp 2,7 juta (jika hanya menjual kemiri gelondongan) menjadi  Rp 17.590.000. Ini merupakan peningkatan pendapatan yang sangat besar.
Sila berkomunikasi lewat pesan pribadi untuk memahami hitung-hitungan detilnya.
Hal-hal di atas dimungkinkan jika petani berasosiasi. Tetapi oleh keterbatasan pengetahuannya, sulit berharap petani punya inisiatif mandiri untuk ini. Peran lembaga-lembaga seperti BUMN sebagai mitra dan pendamping sangat dibutuhkan.