Orang-orang ini bukan cuma tidak bertanggungjawab atas hidupnya—yang mungkin ia rasa sudah tak berarti lagi—tetapi juga membahayakan kehidupan orang lain.
Jika 14 hari kebijakan sekolah dan kerja dari rumah gagal menekan laju penyebaran virus corona, maka penanganannya akan kian sulit. Itu berarti lebih banyak sumber daya publik harus dikorbankan; banyak angggaran pembangunan yang dialihkan peruntukannya ke perang melawan corona; segenap bangsa yang menanggung dampaknya.
Kelompok ketiga adalah orang-orang yang terlampau risau akan kondisi dan karenanya mendesak pemerintah memberlakukan karantina kawasan atau lockdown.
Tidak bisa disalahkan juga orang-orang yang terlampau risau ini. Mereka menuntut lockdown mungkin karena melihat banyak orang tidak patuh melakukan karantina mandiri.
Kelompok kedua dan ketiga adalah orang-orang yang seperti kata Loki, punya kecenderungan alamiah crave subjugation, 'mendamba penaklukan,' menyerahkan kebebasannya, tanggungjawabnya, agar diperintah (dipaksa) oleh otoritas.
Mungkin saja karena banyaknya orang-orang yang mendamba penaklukan, kekuasaan Soeharto dulu bisa bertahan 30an tahun.
Ah, semoga itu tidak benar. Semoga, seiring kian tua usia republik, kian banyak orang-orang Indonesia tahu menggunakan kebebasannya secara bertanggungjawab; tahu bertindak dengan benar tanpa harus dipaksa oleh otoritas. Hal ini akan teruji dalam hari-hari perang melawan Corona.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H