Sebelum hasil pemeriksaan lab keluar, mereka diminta mengkarantina diri sendiri dan membuat jurnal harian mencatat riwayat kontak, baik 1-2 pekan sebelum ketibaan, pun sejak ketibaan hingga hasil pemeriksaan laboratorium keluar.
Dengan bertindak antisipatif seperti ini, penangkalan penularan Corona bisa lebih efektif. Jikapun terjadi penularan, tracking lebih mudah dilakukan.
Jadi tidak perlu harus intelijen BIN -lagi pula ternyata kecolongan juga (baca: "Libatkan BIN, tetapi Pasien Corona Bisa Melarikan Diri")- cukup dengan form jurnal riwayat kontak dan pengambilan darah (atau apapun) di pintu masuk provinsi/kota/kabupaten, kita bisa mengimbangi kecepatan invasi Corona dan menyelamatkan daerah kita.
Nah, karena itu Pemda dan DPRD-nya sebaiknya segera menuntut pemerintah pusat untuk memperbanyak alat dan tenaga laboratorium pengecekan Coronavirus.Â
Gubernur, walikota, dan bupati-bupati segera membentuk satgas respon cepat untuk tracking dan pengawasan karantina mandiri pada suspect Corona.
Ini langkah antisipatif mendesak, bukan reaksi panik. Tanpa langkah tersebut, atau bersilat lidah dengan menyatakan sudah ada tim yang bergerak dalam senyap, rakyat justru jadi panik.
Kepanikan bisa dilawan dengan kepercayaan. Kepercayaan hanya bisa ada kalau rakyat melihat aksi nyata, yang tidak penuh lubang-lubang kecolongan.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H