Ibu-ibu dari pekan lalu itu kini kembali ramai di depan rumah kami, melongok-longok  ke dalam rumah lewat dua jendela berdaun tripleks yang belum ditutup sejak kemarin.
Di ruang tamu, tubuhnya terbaring pada sofa dengan busa-busa menyembul di sana-sini dari celah-celah koyakan kulit sintesis.
Semenjak kemarin pagi ia diam saja di situ.
Aku bingung, belum pernah ia tidur selama ini.
Aku sudah coba membangunkannya sejak semalam, tetapi menggerakkan kelopak matapun ia tak.
Akhirnya aku pasrah, berjongkok di samping sofa tempat ia berbaring, berharap tidak lama lagi ia terjaga. Sesekali aku juga membaringkan tubuh. Lapar yang melilit perutku sudah tak kupedulikan lagi.
Ketika tiga orang berpakaian seperti dalam film-film alien masuk ke rumah, aku menyapa mereka, meminta penjelasan apa yang terjadi dengan dirinya. Aku coba ceritakan berapa lama ia di sana.
Tak seorang pun  menggubris.
Mereka membungkus dirinya, memindahkannya ke atas usungan, Â membawanya ke luar.
Aku bertanya, bahkan setengah berteriak, apa yang terjadi? Apa yang mau mereka lakukan pada dirinya?
Sekali lagi, tak ada yang menjawab. Hanya seorang yang membuat gerakan tangan memintaku menjauh.