Bukankah sudah beberapa tahun lalu di negara-negara luar ada percobaan merekayasa perilaku Aedes agepty, biang kerok penyakit ini?
Pada 2018 silam, Media Indonesia menerbitkan artike berita tetang percobaan di sebuah kota di Australia yang berhasil memusnahkan 80% populasi nyamuk demam berdarah di sana. Para ilmuwan mengembangkan Aedes aegepty jantan yang steril, yang tidak bisa menghamili betina-betina mereka meski sudah bobo bareng semalam suntuk. Nyamuk-nyamuk Aedes aegypti betina direkayasa agar tidak menggigit.(1)
Lha, kalau begitu, mengapa tidak membawa masuk teknologi ini ke Indonesia? Seberapa mahal sih biaya yang dibutuhkan jika dibandingkan upah yang rencananya akan dikasih ke influencer pariwisata itu?
Sungguh. Di masa seperti ini, saya tidak akan berani berjumpa dan betatap muka dengan seekor keledai. Saya malu. Seharusnya setiap lima tahun kita memilih keledai untuk memerintah kita. Setidaknya mereka bisa ajarkan kita bagaimana cara berpikir dan bernurani agar tidak terus tersungkur pada lubang yang sama.
Saya dan saudara-saudara sekampung tentu lebih bodoh dari para keledai. Sebab kamilah yang memilih pemimpin-pemimpin kami. Aiiih. Dari manakah bisa mengimpor keledai-keledai? Biarlah kelak mereka saja yang memimpin kami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H