Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

[Bagian 2] IWD dan Perempuan Buruh, Waktu Bercinta dan Omnibus Law Cipta Kerja

9 Maret 2020   08:28 Diperbarui: 9 Maret 2020   12:09 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rupanya prinsip "naikkan di sini, tekan di sana" ini bukan cuma geografis, tetapi juga identitas. Demi menjaga rate of profit, upah buruh perempuan yang ditekan, dan jumlah buruh perempuan digenjot. 

Feminisiasi kemiskinan, kemiskinan kian hari kian berwajah perempuan, adalah kondisi yang telah disadari para aktifis di Indonesia satu dekade sebelum Guy Standing menulis tentang kelas Prekariat.

Demikianlah kapitalisme itu menghancurkan genta-genta kesucian palsu feodalisme, tetapi terbatas pada hal-hal yang menghambat gerak tumbuh kapitalisme. Untuk  nilai-nilai feodalisme---termasuk partriarki---yang menguntungkan, kapitalisme akan merawatnya. Ia butuh legitimasi bagi penghisapan.

Satu lagi, bukan laki-laki biang ketertindasan perempuan ini. Kita dilahirkan sebagai jantan dan betina, tetapi kita dibentuk menjadi laki-laki dan perempuan. Kita sama-sama keluar dari mal sistem yang dominan.***

Baca: Kumpulan artikel perBURUHan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun