Saat mendengar ia tidak terpilih lagi dalam Pemilu 2020, saya menelpon untuk sampaikan empati, kalau disampaikan jadi simpati. Dari seberang ia tertawa-tawa dan katakan dirinya kini stafsus menteri di suatu kementerian.
Begitu sudah. Bukan cuma cenderung korup, orang-orang berkuasa juga punya kecenderungan berubah jadi selan***ngan, suka dielus-elus, dijilat-dijilat.
Sayangnya gara-gara itu, rakyat biasa harus banyak-banyak maklum pada risiko sering-sering nyaris tabrakan di jalanan sebab dihentikan tiba-tiba dari depan atau diserukan menepi dari samping.
"Anjing!" Umpat seorang aktivis dari Surabaya saat nyaris tertinggal pesawat jika tidak terpaksa lari sprint sambil pikul koper dari tempat parkir ke ruang check in bandara.Â
Ia tertahan lama oleh kemacetan kendaraan yang berjejal menepi sebab orang separuh penting, Sekretaris Ajudan Bendahara Wakil Kepala Anu dari Mabes Anu harus diutamakan dan dibiarkan menikmati lempeng-nya jalan raya hasil pembangunan.
Lucunya, praktik mempertontonkan kekuasaan di jalan raya ini marak justru saat sebaliknya protokoler istana, pengawalan presiden sendiri sedang mengubah diri menjadi lebih ramah-rakyat. Yang benar-benar penting membungkuk, eh, yang separuh penting mendongak. Semoga keselek.
Cerpen | Lelaki Penulis yang Menikahi Imajinasi Sendiri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H