Apa yang terjadi jika pemerintah berganti dan program serupa tidak diteruskan? Apa yang terjadi jika pengetatan APBN memaksa pemangkasan anggaran untuk program tersebut? Bahkan tanpa harus berhenti, penyaluran yang terlambat saja dapat berdampak besar terhadap naiknya angka kemiskinan.
Pada Maret 2017, saat Mensos dijabat  Khofifah Indar Parawansa, terjadi keterlambatan penyaluran rastra. Hal tersebut menyebabkan angka kemiskinan pada pengukuran saat itu naik tajam 700ribu jiwa dibandingkan September tahun sebelumnya, menjadi 27,7 juta jiwa. Gara-gara itu, Presiden Jokowi marah-marah dan menegur Menteri Khofifah.(6)
Program serupa rasta, BPNT, atau jenis-jenis pemberian uang tunai dan nontunai yang bersifat konsumtif itu boleh diibaratkan infus glukosa kepada pasien di instalasi gawat darurat.Â
Dalam kondisi sakit parah, pasien susah makan. Untuk menjamin asupan energi diberikanlah injeksi glukosa melalui infus. Dengan pemberian infus glukosa, kita boleh berkata, "Syukurlah, ia tetap bisa mendapat pasokan energi." Tetapi kita tidak bisa bilang, "Thank's God, Â ia sudah sembuh."
Demikian pula dengan program-program di atas. Kita boleh merasa lega penduduk miskin dapat mengakses pangan dan sejumlah kebutuhan dasar lainnya.Â
Tetapi tidak sepatutnya kita menipu diri dengan menganggap bantuan tersebut membuat orang menjadi sejahtera. Dapat memenuhi kebutuhan dasar tidak sama dengan mampu secara mandiri memenuhi kebutuhan dasarnya.
Saya tidak sedang menganjurkan agar pemerintah mengurangi anggaran untuk program-program tersebut, apalagi menghentikannya. Bagaimanapun, program-progam tersebut dibutuhkan.Â
Bukan cuma di negara berkembang seperti di Indonesia, bahkan di negara maju seperti Amerika Serikat, program serupa dilaksanakan.
Di Amerika Serikat, program kupon makan (food stamp) -resminya bernama the Supplemental Nutrition Assistance Program (SNAP)- sudah direncanakan sejak 1930an dan resmi berlaku sejak 1960an serta merupakan salah satu kisah sukses Amerika Serikat. Saat ini setiap tahun SNAP membantu sekitar 42 juta rakyat miskin Amerika Serikat mengakses pangan. (7)
Seperti di Indonesia, program bantuan keuangan non-tunai untuk pangan ini berdampak "mengurangi tingkat kemiskinan"--dalam makna menaikkan tingkat konsumsi kebutuhan dasar (khususnya pangan) orang miskin Amerika Serikat-- sebesar 8 persen pada 2009.
Menurut Bank Dunia, secara global sekitar 36 persen penduduk sangat miskin di dunia bisa "diselamatkan" dari kemiskinan ekstrim oleh program-program bantuan seperti SNAP ini termasuk oleh rastra, PKH, BPN, dll  di Indonesia.