Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Patung-Patung di Kota Para Pahlawan Dicampakkan

26 Agustus 2019   17:50 Diperbarui: 25 Juni 2021   08:56 1720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Monumen Tirosa kala malam [Foto: Geo Madara, instazu.com]

Tetapi bagaimana respon pemerintah? Nol!

Patung-patung baru didirikan di Kota Kupang, banyak yang tak jelas maknanya. Ada patung sepasang lelaki dan perempuan di Pantai Ketapang yang diprotes karena dianggap berbau pornografi;  ada patung bunga bougenvile di Oebufu; beberapa patung Komodo; dan banyak lagi. Tetapi adakah patung Max Rihi?

Baca juga: Dua Tahun Hilang Patung Datu Museng Muncul Lagi di Losari

Adakah patung Francisca Fanggidae, pejuang perempuan Indonesia yang ditugaskan pemerintah mengabarkan kemerdekaan Indonesia ke forum-forum dunia, juga yang bersama-sama Sofia Elisabeth Sijun memimpin Laskar Putri di Surabaya Utara dalam pertempuran 10 November?

Adakah patung bagi Aleksander Abineno yang merebut kapal Jepang Sugi Maru dan dijadikan Kapal Perang RI yang pertama dengan nama Merdeka -- 1?

Adakah patung Martin Paraja, pelaut Marxist asal Sabu yang memimpin pemberontakan di kapal De Zeven Provincien pada 1933? Padahal pemberontakan itu menyumbang besar pada kebangkitan moral pejuang kemerdekaan. Saking pentingnya dampak pemberontakan itu, karakter pemerintahan kolonial berubah lebih represif, menggencarkan penggunaan pasal karet dan berujung pembuangan Soekarno ke Ende, serta Hatta dan Syahrir ke Digul.

Jangankan patung, bahkan nama jalan untuk para pejuang di atas tak saya temukan di Kota Kupang, pun di kota-kota lain di NTT.

Miris!

Saat ini Kota Kupang sedang rajin berbenah. Banyak ornamen kota dibangun: lampu-lampu hias dipasang; taman-taman baru dibangun, yang lama direvonasi; patung-patung dengan makna tak jelas berdiri. Sementara banyak pahlawan dari tanah ini, orang-orang yang membuat masyarakat di kota ini bisa dengan pongah menepuk dada sebagai manusia merdeka, tak mendapat tempat.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun