Tetapi bagaimana respon pemerintah? Nol!
Patung-patung baru didirikan di Kota Kupang, banyak yang tak jelas maknanya. Ada patung sepasang lelaki dan perempuan di Pantai Ketapang yang diprotes karena dianggap berbau pornografi; Â ada patung bunga bougenvile di Oebufu; beberapa patung Komodo; dan banyak lagi. Tetapi adakah patung Max Rihi?
Baca juga: Dua Tahun Hilang Patung Datu Museng Muncul Lagi di Losari
Adakah patung Francisca Fanggidae, pejuang perempuan Indonesia yang ditugaskan pemerintah mengabarkan kemerdekaan Indonesia ke forum-forum dunia, juga yang bersama-sama Sofia Elisabeth Sijun memimpin Laskar Putri di Surabaya Utara dalam pertempuran 10 November?
Adakah patung bagi Aleksander Abineno yang merebut kapal Jepang Sugi Maru dan dijadikan Kapal Perang RI yang pertama dengan nama Merdeka -- 1?
Adakah patung Martin Paraja, pelaut Marxist asal Sabu yang memimpin pemberontakan di kapal De Zeven Provincien pada 1933? Padahal pemberontakan itu menyumbang besar pada kebangkitan moral pejuang kemerdekaan. Saking pentingnya dampak pemberontakan itu, karakter pemerintahan kolonial berubah lebih represif, menggencarkan penggunaan pasal karet dan berujung pembuangan Soekarno ke Ende, serta Hatta dan Syahrir ke Digul.
Jangankan patung, bahkan nama jalan untuk para pejuang di atas tak saya temukan di Kota Kupang, pun di kota-kota lain di NTT.
Miris!
Saat ini Kota Kupang sedang rajin berbenah. Banyak ornamen kota dibangun: lampu-lampu hias dipasang; taman-taman baru dibangun, yang lama direvonasi; patung-patung dengan makna tak jelas berdiri. Sementara banyak pahlawan dari tanah ini, orang-orang yang membuat masyarakat di kota ini bisa dengan pongah menepuk dada sebagai manusia merdeka, tak mendapat tempat.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H