Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mahasiswa Papua dan Polwan Bandung, Miras dan Stereotip Rasial

23 Agustus 2019   02:34 Diperbarui: 23 Agustus 2019   03:29 1961
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ibu kok senang?"

"Ya, iya toh, mas. Mereka kan minta pisah dari Indonesia. Saya dukung Kupang, mas," katanya, lalu menyajikan teh dan 5 potong tempe goreng, sarapan wajib saya. Tetapi kali itu gratis sebab saya berasal dari Kupang. Huadeh. Iya tak tahu, saya berempati terhadap perjuangan rakyat Maubere.

Hal serupa ini yang dialami mahasiswa Papua di banyak kota. Para penghuni asrama Papua senantiasa disangka pendukung OPM. Karena itu asrama mereka sering diintai, bahkan dikepung dan digrebek. Bukan baru terjadi di Semarang dan Surabaya tahun ini saja.

Prasangka politis seperti ini pula tampaknya yang membuat sejumlah petinggi di pemerintahan Joko Widodo, seperti pemerintahan-pemerintahan sebelumnya, cepat sekali menuduh keterlibatan OPM di balik aksi-aksi unjuk rasa yang terjadi di Papua.

Atau mungkin juga tudingan keberadaan OPM di balik beragam unjuk rasa di Papua bukan cuma berbasis prasangka politis. Mungkin saja berperan pula upaya cari kambing hitam untuk menyembunyikan kegagalan kebijakan dan pendekatan pemerintah terhadap problem rakyat sebagai sebab lahirnya aksi-aksi protes?

Entahlah. Coba tanya saja ke Pak Moeldoko, Pak Tito Karnavian atau Pak Budi Gunawan. Dengan catatan, sodori dulu minol agar percakapan berlangsung jujur.***

Sumber:.

  1. "Mahasiswa Papua Tolak Miras yang Dikirim Diduga Oknum Polisi di Bandung." Bandungkita.com. 22/8/2019.
  2. "Pemkot Bandung Akan Perketat Aturan Peredaran Minol." Kumparan.com. 31/5/2019
  3. "Resah Hati Orang Papua di Tanah Yogya." CNNIndonesia.com. 10/8/2016.
  4. "Mereka tidak menerima kos untuk anak Papua." BBC.com. 14/7/2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun