Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Long Shot", Ketika Otokritik Megawati Dijadikan Film

18 Agustus 2019   06:09 Diperbarui: 18 Agustus 2019   06:14 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia telah mendengar langsung dari Presiden Chambers, bahwa si presiden yang populer karena serial komedi di tv tidak akan mencalonkan diri lagi. 

Sang Presiden yang selama memerintah hanya sibuk berakting untuk serial tv (yang juga berperan sebagai presiden di sana) memutuskan untuk terjun menjadi bintang film layar lebar.

Sampai di sini saja aroma satire itu sudah kental. Presiden AS ternyata tidak lebih dari badut jago akting. Kelak dipertegas di bagian selanjutnya, kebijakan pemerintah dihasilkan oleh para kapitalis, termasuk kapitalis media. Presiden hanya perpanjangan tangan mereka.


Berbekal janji presiden untuk mendukungnya, Charlotte Field mengadakan pertemuan dengan konsultan politik dan staf khususnya. Ia ingin tahu seberapa besar elektabilitasnya.

Menohok! Yang dipresentasikan konsultan politik bagaimana publik menilai cara Charlotte melambai, rasa humornya, sifat romantisnya, dan hal-hal lain yang semata-mata citra dangkal. Charlotte bertanya, bagaimana publik menilai kebijakan luar negeri AS di bawah pemerintahannya?  Konsultan politik menjawab, hal itu tak penting.

Maka Charllotte harus membagi perhatiannya antara memperjuangkan gagasan-gagasannya yang berlandaskan idelogi ekologisnya dengan urusan pencitraan yang dangkal seperti menambahkan unsur humor dalam pidato, berlantih gemulai saat melambaikan tangan, sembunyi-sembunyi makan sate dalam jamuan makan politik, dan tetek-bengek receh pencitraan lainnya.

Konflik muncul ketika Charllotte disarankan menyembunyikan identitas kekasihnya, seorang jurnalis idealis yang berhenti dari medianya gara-gara media itu dibeli kapitalis media yang mengendalikan Presiden Chambers. Bahkan Charllotte diminta memutuskan hubungannya.

Konflik lain adalah ketika program lingkungan hidup Charllotte merugikan rencana investasi Presiden Chambers dan si bos media. Charllotte harus memilih, mengorbankan ideology ekologisnya demi mendapat dukungan presiden atau jalan terus tetapi berhadapan dengan presiden yang sangat populer (karena jago acting) plus video kekasihnya bermasturbasi disebarluaskan.

Nah, urusan jalan mana yang Charllotte pilih, Om-Tante tonton sendiri saja.

Yang jelas, menonton film ini, Om-Tante akan heran-heran sendiri dan berulang kali menyeletuk, kok rada-rada de javu ya? Soal de javu masa yang mana, atau masa pemerintahan siapa, renungkan masing-masing saja deh. Mungkin saja semuanya begitu kan? Namanya juga elit, sudah lazim 11-12 di mana-mana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun