Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perlawanan Loujain dan para Perempuan Jantan Arab Saudi, dari Medsos hingga Penjara

14 Agustus 2019   13:28 Diperbarui: 14 Agustus 2019   17:41 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ketika aparat minta dia tanda tangan dokumen untuk merilis video, dia langsung merobek dokumen itu. Dia bilang ... mereka terlibat menutup-nutupi dan berusaha membela Saud Al-Qahtani yang hadir mengawasi penyiksaan."  Demikian kicau twitter Walid al-Hathloul tentang perlawanan saudarinya, Loujain al-Hathloul di dalam penjara Arab Saudi baru-baru ini.

___________

Masyarakat seksis masa lampau telah menempel kata jantan yang sejatinya jenis kelamin penyumbang sperma dalam reproduksi itu dengan artibut konotatif berani. Maka begitulah berani disebut pula jantan.

Kemarin saya menulis artikel "Isu Penumpang Gelap Bikin Gerah Partai Demokrat, Akankah Gerindra Jantan?" Lalu--sudah saya duga--reaksi muncul di whatsapp, "Tumben, Bung, seksis." Wuedeh.

Ketika menggunakan kata jantan dalam versi konotatifnya, saya mencabut dari akar seksisnya. Artinya ia hanya mengacu kepada kualitas kepribadian, bisa dimiliki dan tidak dimiliki individu lelaki pun perempuan.

___________

Loujain al-Hathloul belum lama ini merayakan ulang tahun ke-30 di penjara Arab Saudi. Sudah lebih dari setahun ia mendekam di sana bersama sejumlah tahanan politik aktivis perempuan terkemuka lainnya di negara itu.

Laoujain diciduk pada Maret 2018 saat sedang mengendari mobil di Uni Emirat Arab, kota domisilinya saat itu. Ia dikirim ke Arab Saudi untuk ditahan tanpa alasan yang jelas.

Loujain sempat dibebaskan beberapa hari kemudian tetapi kemudian ikut ditangkap lagi dalam crackdown besar-besaran aktivis perempuan yang dilancarkan Pemerintah Arab Saudi pada Mei-Juli 2018 yang menyeret belasan aktivis perempuan terkemuka Arab Saudi ke penjara.

Setahun kemudian, April 2011, 8 orang (7 1lelaki dan perempuan) yang bersolidaritas terhadap 11 aktivis perempuan yang ditahan, termasuk 4 jurnalis dan seorang penulis feminis--Khadija al-Harbi-- yang sedang hamil ("At least four more journalists arrested in Saudi crackdown." CPJ.com. 8/4/2019).

Selain Loujain, para perempuan aktivis terkemuka itu antara lain

  1. Eman al-Nafjan, blogger
  2. Aziza al-Yousef, aktivis
  3. Roqaya al-Mohareb, pendakwah dan dosen Universitas Princess Noura
  4. Hatoon Al Fassi,  profesor sejarah
  5. Abeer Namankani, peneliti
  6. Amal Al Harbi, pekerja LSM
  7. Maysaa al-Manea, politisi
  8. Nouf Abdelaziz, jurnalis, blogger
  9. Mayaa al-Zahrani, aktivis
  10. Madiha al-Ajroush, aktivis dan psikoanalist.
  11. Nassima al-Sadah, penulis dan aktivis HAM
  12. Samar Badawi, aktivis HAM

Kecuali Loujain, para perempuan aktivis ini sudah mendapat penangguhan penahanan tetapi proses pengadilan tetap berlangsung. 

# Karena perlawanan di blog media sosial plus aksi terbatas di dalam dan luar negeri

Alasan penahanan terhadap para perempan aktivis ini tidak pernah benar-benar jelas. Jaksa penuntut umum menginformasikan penangkapan massal dan penahanan setahun terkahir ini berkaitan dengan aktivitas kampanye para perempuan aktivis itu tentang persoalan Arab Saudi ke dunia luar, termasuk upaya mereka membangun kontak dengan jurnalis internasional, diplomat, dan organisasi pejuang hak asasi manusia di tingkat global ("Trial resumes for some Saudi women activists, rights record in focus." middleeastmonitor.com. 27/6/2019).

Rezim Arab Saudi yang sangat represif memang tidak memberikan banyak ruang untuk membangun perlawanan dengan cara-cara yang lazim seperti berunjukrasa yang lazim di negara lain. Karena itu jalan yang paling mungkin ditempuh adalah berkampanye melalui media sosial dan artikel-artikel di blog atau media daring untuk mendorong solidaritas internasional.

# Kekerasan dalam Penjara

Penjara rupanya tidak membuat para perempuan Arab ini menyerah kalah. Di sana mereka menolak bungkam, terus melakukan perlawanan termasuk mengkampanyekan kekerasan dan pelecehan yang mereka alami dalam tahanan.

Pada November 2018, Amnesty Internasional merilis laporan terjadinya penyiksaan dan pelecehan seksual di penjara terhadap para perempuan aktivis ("Saudi Arabia: Reports of torture and sexual harassment of detained activists." amnesty.org. 20/11/2018). Berdasarkan temuan mula-mula itu, Amesty Internasional menggelar penyelidikan lebih dalam di penjara-penjara Arab Saudi.

Ketika dihadirkan di persidangan kedua mereka, Maret 2019, para perempuan aktivis ini membuka aib penjara Arab Saudi di depan pengadilan. Mereka dicambuk dan disetrum oleh aparat yang mengenakan masker. Beberapa orang bahkan dilecehkan, disentuh dan diraba-raba, padahal saat itu bulan Ramdhan. Mereka diancam dibunuh jika membukanya ke publik.

Gara-gara penyiksaan ini, salah seorang perempuan aktivis sempat berpikir untuk bunuh diri ("3 female Saudi activists temporarily released after a year in prison." cbc.ca. 28/3/2019).

Kesaksian ini telah melahirkan solidaritas internasional yang luas. Aksi-aksi protes menuntut pembebasan para tahanan dilangsungkan di berbagai negara.

Tampaknya karena desakan internasional inilah, aparat keamanan Arab Saudi mencoba bikin kesepakatan dengan Loujain al-Hathloul, aktivis yang hingga kini masih ditahan. Mereka menjanjikan kebebasan Loujain asalkan ia mau menandatangani dokumen mencabut kesaksiannya.

Menurut cuit twitter saudara Loujain, si aktivis perempuan ini sudah bersedia menandatangani dokumen yang membantah dirinya  disiksa. Tetapi kemudian aparat kembali mendatanginya dan minta Loujain bertestimoni dalam video. Hal ini memicu kemarahan dan penolakan Loujain ("Jailed Saudi activist 'told to deny torture in release deal." aljazeera.com. 14/8/2019).

Lina, saudari Loujain yang lainnya menulis kicauan di twitter, "Loujain sdah ditawari kesepakatan: sangkal penyiksaan dan dia akan bebas. Apapun yang terjadi saya jamin sekali lagi: Loujain sudah disiksa secara brutal dan mengalami pelecehan seksual."

# Bukan Penjara Pertama

Loujain bukan perempuan tanggung-tanggung. Sejak usia 25 tahun ia sudah merasakan kejam dan jahiliahnya penjara Arab Saudi. Tentu saja gara-gara keterlibatannya dalam perjuangan menuntut hak-hak kaum perempuan.

Pada Desember 2014, Loujain ditahan 73 hari gara-gara melakukan aksi menerobos batas negara antara Uni Emirat Arab dan Arab Saudi. Itu merupakan bentuk aksi menuntut hak perempuan menyetir mobil. Perjuangan ini kelak baru berhasil pada Juli 2018, beberapa hari setelah crackdown yang membawa Loujain dipenjara untuk ketiga kalinya.

Selain soal hak mengemudi, perempuan Arab Saudi juga berjuang demi kebebasan dan hak untuk mengatur hidup mereka sendiri, bepergian tanpa harus ada izin lelaki, dan kesetaraan dalam rumah tangga.

Kini, di tengah represi rezim yang masih kencang, satu demi satu perjuangan mereka membuahkan hasil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun