Selain Loujain, para perempuan aktivis terkemuka itu antara lain
- Eman al-Nafjan, blogger
- Aziza al-Yousef, aktivis
- Roqaya al-Mohareb, pendakwah dan dosen Universitas Princess Noura
- Hatoon Al Fassi, Â profesor sejarah
- Abeer Namankani, peneliti
- Amal Al Harbi, pekerja LSM
- Maysaa al-Manea, politisi
- Nouf Abdelaziz, jurnalis, blogger
- Mayaa al-Zahrani, aktivis
- Madiha al-Ajroush, aktivis dan psikoanalist.
- Nassima al-Sadah, penulis dan aktivis HAM
- Samar Badawi, aktivis HAM
Kecuali Loujain, para perempuan aktivis ini sudah mendapat penangguhan penahanan tetapi proses pengadilan tetap berlangsung.Â
# Karena perlawanan di blog media sosial plus aksi terbatas di dalam dan luar negeri
Alasan penahanan terhadap para perempan aktivis ini tidak pernah benar-benar jelas. Jaksa penuntut umum menginformasikan penangkapan massal dan penahanan setahun terkahir ini berkaitan dengan aktivitas kampanye para perempuan aktivis itu tentang persoalan Arab Saudi ke dunia luar, termasuk upaya mereka membangun kontak dengan jurnalis internasional, diplomat, dan organisasi pejuang hak asasi manusia di tingkat global ("Trial resumes for some Saudi women activists, rights record in focus." middleeastmonitor.com. 27/6/2019).
Rezim Arab Saudi yang sangat represif memang tidak memberikan banyak ruang untuk membangun perlawanan dengan cara-cara yang lazim seperti berunjukrasa yang lazim di negara lain. Karena itu jalan yang paling mungkin ditempuh adalah berkampanye melalui media sosial dan artikel-artikel di blog atau media daring untuk mendorong solidaritas internasional.
# Kekerasan dalam Penjara
Penjara rupanya tidak membuat para perempuan Arab ini menyerah kalah. Di sana mereka menolak bungkam, terus melakukan perlawanan termasuk mengkampanyekan kekerasan dan pelecehan yang mereka alami dalam tahanan.
Pada November 2018, Amnesty Internasional merilis laporan terjadinya penyiksaan dan pelecehan seksual di penjara terhadap para perempuan aktivis ("Saudi Arabia: Reports of torture and sexual harassment of detained activists." amnesty.org. 20/11/2018). Berdasarkan temuan mula-mula itu, Amesty Internasional menggelar penyelidikan lebih dalam di penjara-penjara Arab Saudi.
Ketika dihadirkan di persidangan kedua mereka, Maret 2019, para perempuan aktivis ini membuka aib penjara Arab Saudi di depan pengadilan. Mereka dicambuk dan disetrum oleh aparat yang mengenakan masker. Beberapa orang bahkan dilecehkan, disentuh dan diraba-raba, padahal saat itu bulan Ramdhan. Mereka diancam dibunuh jika membukanya ke publik.
Gara-gara penyiksaan ini, salah seorang perempuan aktivis sempat berpikir untuk bunuh diri ("3 female Saudi activists temporarily released after a year in prison." cbc.ca. 28/3/2019).
Kesaksian ini telah melahirkan solidaritas internasional yang luas. Aksi-aksi protes menuntut pembebasan para tahanan dilangsungkan di berbagai negara.