Tampaknya karena desakan internasional inilah, aparat keamanan Arab Saudi mencoba bikin kesepakatan dengan Loujain al-Hathloul, aktivis yang hingga kini masih ditahan. Mereka menjanjikan kebebasan Loujain asalkan ia mau menandatangani dokumen mencabut kesaksiannya.
Menurut cuit twitter saudara Loujain, si aktivis perempuan ini sudah bersedia menandatangani dokumen yang membantah dirinya  disiksa. Tetapi kemudian aparat kembali mendatanginya dan minta Loujain bertestimoni dalam video. Hal ini memicu kemarahan dan penolakan Loujain ("Jailed Saudi activist 'told to deny torture in release deal." aljazeera.com. 14/8/2019).
Lina, saudari Loujain yang lainnya menulis kicauan di twitter, "Loujain sdah ditawari kesepakatan: sangkal penyiksaan dan dia akan bebas. Apapun yang terjadi saya jamin sekali lagi: Loujain sudah disiksa secara brutal dan mengalami pelecehan seksual."
# Bukan Penjara Pertama
Loujain bukan perempuan tanggung-tanggung. Sejak usia 25 tahun ia sudah merasakan kejam dan jahiliahnya penjara Arab Saudi. Tentu saja gara-gara keterlibatannya dalam perjuangan menuntut hak-hak kaum perempuan.
Pada Desember 2014, Loujain ditahan 73 hari gara-gara melakukan aksi menerobos batas negara antara Uni Emirat Arab dan Arab Saudi. Itu merupakan bentuk aksi menuntut hak perempuan menyetir mobil. Perjuangan ini kelak baru berhasil pada Juli 2018, beberapa hari setelah crackdown yang membawa Loujain dipenjara untuk ketiga kalinya.
Selain soal hak mengemudi, perempuan Arab Saudi juga berjuang demi kebebasan dan hak untuk mengatur hidup mereka sendiri, bepergian tanpa harus ada izin lelaki, dan kesetaraan dalam rumah tangga.
Kini, di tengah represi rezim yang masih kencang, satu demi satu perjuangan mereka membuahkan hasil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H