Orang-orang di Pulau Komodo jelas bukan pendatang. Rekam jejak keberadaan mereka di sana dibuktikan oleh catatan sejarah plus hikayat rakyat yang hidup turun-temurun, selain tentu saja bukti fisik seperti kuburan nenek moyang dan peninggalan lain. Negara juga mengakui administrasi wilayah pemukiman mereka.
Dari paper Rodney Needham, Profesor antropologi sosial dari Oxford ("Principles and variations in the social classification of Komodo." 1986) kita bisa tahu bahwa Pulau Komodo sudah dihuni sejak sebelum 1847, tahun ketika penduduk pulau itu pindah ke Bima untuk menyelamatkan diri dari serangan Bajak Laut. Saat itu di perairan NTT---termasuk hingga ke Sumba---merajalela para bajak laut Sulawesi (Bugis, Makasar, bahkan Butung di Sulawesi Tenggara). Mereka menyerang kampung-kampung, menjadikan penduduk yang ditawan sebagai komoditi budak.
_____________
Tanda tangan dan sebarluaskan petisi "Batalkan Rencana Pemindahan Rakyat dari Pulau Komodo"
_____________
Gara-gara kepindahan itu, pada 1855 Pulau Komodo dilaporkan tidak berpenghuni. Seiring waktu, orang-orang Pulau Komodo yang lari ke Bima kembali ke kampung halaman. Demikian pula orang-orang Manggarai bermigrasi ke sana. Maka pada 1930 tercatat ada 143 jiwa menghuni Pulau Komodo. Jumlah itu kemudian meningkat tiga kali lipat dalam setengah abad. Ketika Verheijen berkunjung ke sana pada 1977, kepala desa menginformasikan jumlah jiwa di sana 505 orang.
Saat itu Verheijen memetakan asal-usul penduduk Pulau Komodo berdasarkan kampung halaman pria kepala keluarga. Diperoleh penggolongan asal-usul 85 keluarga penghuni Pulau Komodo: dari Manggarai (Lo'ok, Lenteng, Kenari, Sesok, Tado, Munting, dan Welak) 40 keluarga, 47%; Sumbawa Timur (Bima dan Sape) 25 keluarga, 29,%; Sumba 6 keluarga, 7%; tempat lain (Solor, Bonerate, Ambon, Ende, Bugis, dan Kampung Bajo) 14 keluarga, 16,5%.
Mungkin banyak yang kaprah ketika sebagian cukup besar penduduk di Pulau Komodo menceritakan asal-usul nenek moyang mereka dari Bugis. Orang menyangka mereka "warga pendatang".
Sekalipun pendatang, itu adalah kisah sejak paruh pertama 1500-an hingga akhir 1600-an, yaitu ketika Gowa mulai menaklukan kerajaan-kerajaan kecil di sekitarnya hingga menaklukan Bima pada 1633; dan berlanjut dengan masa kampanye penaklukan daerah-daerah Gowa oleh raja Bugis, Aru Palakka.
Maka bukan cuma orang-orang Pulau Komodo, masyarakat Manggarai pun (Manggarai, Manggarai Barat, dan Manggarai Timur) adalah kesatuan kekerabatan dari para pendatang Pagaruyung (adak Todo-Pongkor, wiayahnya kini Kecamatan Satarmese), Bugis/Makasar (Adak Cibal dan Lambaleda---kawin mawin dengan orang Kuleng), Turki (orang Kuleng, Adak Riwu---kini sebagian wilayah Kec. Borong, Sita dan Pocoranaka), Sumba (Adak Bajo), Bima yang menyebar dari Manggarai Barat, Reo hingga Kecamatan Sambirampas (termasuk dinasti pertama Adak Cibal), dan beberapa daerah lain, plus penduduk yang menghuni Manggarai sebelum kedatangan "bangsa pendatang".
Adak adalah kerajaan otonom. Tiga yang paling berpengaruh adalah Todo-Pongkor, Bajo, dan Cibal. Dalam sejarah Manggarai pernah terjadi perang perebutan pengaruh antara Adak Todo-Pongkor yang beraliansi dengan Kesulatan Bima melawan Adak Cibal yang beraliansi dengaan Kerajaan Gowa-Tallo.