Maksud Gubernur sebenarnya baik. Ia menilai tarif masuk saat ini terlalu rendah, tidak sebanding dengan biaya yang dibutuhkan untuk konservasi kawasan TNK. Demikian pula tarif masuk yang rendah tidak banyak memberi manfaat ekonomi kepada masyarakat NTT, terutama Manggarai Barat, kabupaten tempat keberadaan TNK.
Ini tempat langka, sehingga hanya khusus bagi mereka yang cukup uang saja. Yang tidak cukup uang tidak usah datang karena tempat ini khusus buat orang yang luar biasa," kata Pak Viktor Laiskodat ("Dari Rp 150 Ribu Jadi Rp 7 Juta, Gubernur NTT Berencana Naikkan Harga Tiket Masuk Taman Nasional Komodo." Grid.id. 23/11/2018).
Tetapi pertanyaan W.S Rendra memang selalu kontekstual. "Lantas maksud baik Saudara untuk siapa?" ("Pertemuan Mahasiswa" 1977). Saya khawatir, jika maksud baik Gubernur jadi dilaksanakan, bukan rakyat yang mendapat keuntungan.
Saat berwisata, orang-orang kaya lebih senang memanfaatkan paket layanan lengkap dengan layanan memadai. Itu berarti, mereka membeli dari satu pintu saja seluruh jasa yang tercecer dalam rantai nilai industri pariwisata, semenjak penerbangannya dari kota asal, penginapan, layanan berpelesir keliling di TNK, urusan makan, hingga terbang pulang.
Peluang ada uang tercecer ke lapak rakyat di pinggir jalan atau ke penawar jasa invidual kecil saja. Uang yang banyak itu masuk ke satu-dua kantong, ke kantor agen wisata di kota asal mereka di belahan dunia lain, atau di kota-kota besar di Jawa, mungkin pula Bali, atau perusahaan-perusahaan swasta besar yang mendirikan kantor cabang di Labuan Bajo.
Berbeda jika wisatawannya turis-turis kere, yang karakternya "jalan dulu baru bikin rencana". Mereka lebih senang menginap di homestay murah, berpelisiran dengan kendaraan umum atau menyewa dari usaha kecil milik rakyat; makan di warung-warung pinggir jalan. Sekalipun uang yang mereka belanjakan sedikit saja, lebih banyak yang masuk ke kantong rakyat. Karena jumlah mereka banyak, akumulatif banyak pula yang masuk ke dompet rakyat. Banyak rumah tangga bisa hidup dari sana.
Perlu diakui, ini baru kesimpulan berdasarkan pengamatan empirik ala kadarnya. Mungkin perlu seseorang bikin riset agar tahu persis karakter aliran duit per golongan wisatawan berdasarkan kere-tajirnya. Tetapi kesimpulan yang tidak berlandasan proper ini sudah bikin saya meragukan perkataan orang-orang tentang orientasi pembangunan wisata Gubernur Laiskodat yang konon menitikberatkan pendekatan wisata berbasis komunitas.
#2 TNK akan Ditutup Sementara
Gelombang polemik kedua adalah ketika Gubernur Laiskodat menyampaikan akan menutup sementara TNK untuk kepentingan penataan. Wacana ini berkaitan dengan kepentingan pertama---tarif tinggi perlu diimbangi dengan penataan kawasan yang lebih baik---plus demi konservasi TNK.
"Namanya taman itu harus indah dan biar habitat komodo di sana, bisa nyaman dan kita bisa lakukan rekayasa genetik untuk komodo kembalikan habitatnya, jangan makin lama makin kecil tapi dia makin membesar". Demikian pada Januari 2019, Pak Laiskodat sampaikan ideal TNK versinya. Indah bagi manusia dan sehat alamiah bagi keberlangsungan hidup komodo ("Gubernur NTT Akan Tutup Taman Nasional Komodo Bagi Wisatawan" Merdeka.com. 21/1/2019).
_____________
Tanda tangan dan sebarluaskan petisi "Batalkan Rencana Pemindahan Rakyat dari Pulau Komodo"
_____________