Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Bank Indonesia Blak-blakan soal Peluang Perulangan Krisis 1998

20 September 2018   05:10 Diperbarui: 20 September 2018   10:08 3188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indikator kedua adalah persentasi depresiasi rupiah

Pada krisis ekonomi 1998, nilai tukar dollar terhadap rupiah naik hingga 197 persen, hampir 2 kali lipat. Pada krisis 2008, nilai tukar dollar naik 35 persen. Saat ini, penguatan dollar hanya sebesar 8,9 persen.

Berdasarkan penjelasan Doddy, pihak-pihak yang menggunakan diksi "meroket" untuk menjelaskan nilai dollar dan harga-harga barang patut dicurigai bertujuan semata-mata untuk bikin rakyat panik dan berharap rakyat tidak memilih Jokowi pada pilpres 2019.

Indikator ketiga adalah cadangan devisa.

Cadangan devisa adalah indikator penting untuk menilai kemampuan ekonomi kita dalam menjaga nilai tukar rupiah agar tidak mengalami depresiasi terlalu tinggi.

Pada krisis 1998, cadangan devisa Indonesia hanya 17 miliar dollar. Pada 2008, cadangan devisa sudah sebesar 50 miliar dollar. Pada 2017, cadangan devisa Indonesia sebesar 132 miliar dollar. Meski sebagian telah dipakai untuk menjaga nilai tukar rupiah, cadangan devisa 2018 masih sebesar 118 miliar dolllar.

Jadi jika bicara krisis, dunia (bukan Indonesia saja) memang belum kunjung bebas sejak krisis 2008 silam. Apa yang kita alami kini adalah dampak dari upaya Amerika Serikat di bawah pemerintahan Trump untuk membebaskan dirinya dari krisis tanpa mempedulikan kondisi ekonomi global. Trump hanya mau cari selamat sendiri.

Namun tidak seperti krisis ekonomi dunia 1998, dan lebih baik dari kondisi 2008, Indonesia masih dalam kondisi relatif baik. Artinya, kita patut berharap pemerintah memperbaiki fundamental ekonomi Indonesia, terutama mewujudkan kemandirian ekonomi, namun tidak perlu cemas berlebihan seolah-olah kita sedang mengulangi masa 1998.

Semua data ini menujukkan bahwa di bawah nahkoda Joko Widodo, kapal besar Indonesia cukup andal berayar di tengah kecamuk samudra perekonomian dunia. Diperkirakan, kondisi ekonomi dunia masih akan berangin kencang hingga 2020. Hingga tahun itu, The Fed Amerika Serikat masih akan menaikkan tingkat suku bunga bertahap. Dampaknya hot money  cenderung lari ke sana.

Kita harapkan Jokowi dapat terus menahkodai kapal besar Indonesia dengan selamat melalui masa badai ini. Setelah melewati masa gejolak 2018-2020, semoga Indonesia sudah bisa mulai memetik hasil dari peletakan fondasi kemajuan melalui masifnya pembangunan infrastruktur produktif.

Sumber:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun