Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Ijtimak Ulama Hanya Siasat Kuda Troya Tumbangkan Prabowo, Loyalis Cemas

18 September 2018   09:30 Diperbarui: 18 September 2018   21:29 5120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Loyalis Prabowo tolak Ijtima Ulama dan Spanduk HTI dukung Ijtima Ulama [RMOL.co dan Tribunnews.com]

Ijtima Ulama II sudah selesai. Prabowo Subianto sungguh terharu mendapat dukungan Rizieq Shihab, ulama yang dikaguminya.

Kedekatan dan dukungan sekian lama Rizieq dan FPI kepada Prabowo sempat mengabur ketika Prabowo memilih pengusaha kaya raya rekan separtainya, Sandiaga Uno sebagai cawapres.

Tetapi Rizieq Shihab bermain tarik-ulur sekedar untuk menjaga citra bukan gampangan. Ia ingin publik menyangkanya kecewa Prabowo tak jadi mengambil ulama (Salim Segaf atau Abdul Somad) sebagai cawapres sebagaimana rekomendasi Ijtima Ulama I.

Setelah beberapa waktu berlalu dengan sejumlah drama pernyataan FPI tidak terlibat deklarasi dukung Prabowo-Sandiaga, Forum Ijtima Ulama II akhirnya dilaksanakan.

Hasilnya sudah tertebak. Hanya formalitas penandatanganan butir-butir kesepakatan yang salah satu isinya jaminan perlindungan terhadap Rizieq agar tidak diapa-apakan ketika kembali ke tanah air, plus negara (pemerintahan terpilih) mengurus pemulangannya.

Rizieq ingin disambut seperti pahlawan perang yang pulang dari medan laga, bukan seorang pelarian kasus dugaan mesum.

Resmi sudah para peserta Ijtima Ulama II memberi dukungan kepada Prabowo. Para pendukung Prabowo bertepuk tangan. Menang! Satu-satunya benang penghubung Prabowo-Sandiaga dengan komunitas muslim terjaga.

Ya! Survei menunjukkan para pemilih muslim dari ormas-ormas Islam pun yang tak terafiliasi ormas lebih banyak yang mendukung Jokowi-Ma'ruf Amin.

Hanya pemilih yang mengidentifikasi diri dengan FPI yang dimenangkan Prabowo-Sandiaga. Ijtima Ulama II telah mematerai hasil survei itu. Secara hitam di atas putih mereka mendukung Prabowo-Sandiaga.

Memang terdengar lucu ketika dengan penuh percaya diri Rizieq Shihab dan para pengikutnya meneriakkan slogan persatuan ulama mendukung Prabowo sementara jumlah mereka minoritas, tak sebanding kekuatan besar ulama dan anggota Nahdatul Ulama dan ormas-ormas Islam besar lain yang berdiri di belakang Joko Widodo dan Ma'ruf Amin.

Tetapi sudahlah. Politik elektoral memang ajang perang klaim. Tanpa tahu malu para pihak berteriak sekencang-kencangnnya sebagai paling didukung, sebagai pemilik gerbong terbesar.

Kita boleh memandang sinis, delusif! Tetapi begitulah riil politik elektoral itu. Hanya sedemikian kualitasnya.

Yang menarik sebenarnya, di tengah ucap syukur mayoritas pendukung Prabowo terhadap sah-nya dukungan orang-orang dalam forum Ijtima Ulama, ada sebagian pendukung Prabowo yang cemas.

Mereka adalah anak-anak muda yang menamakan diri Gerbong Pemuda Loyalis Prabowo. Jumlahnya tak banyak, setidaknya dari yang tampak dalam unjukrasa mereka.

Gerbong Pemuda Loyalis Prabowo melihat Itjima Ulama dan Pakta Integritas dari sudut pandang berbeda.

Mereka cemas, forum ini hanya akal-akalan untuk menumbangkan Prabowo-Sandiaga di tengah jalan jika kelak terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden pada pemilihan umum presiden (pilpres) 2019.

Mereka melihat Prabowo hanya sebagai kuda troya bagi kelompok-kelompok di dalam forum Ijtima Ulama untuk meraih kekuasaan. Semacam kudeta merangkak.

Dalam pandangan anak-anak muda yang mengklaim diri loyalis Prabowo ini, skenario kudeta merangkak itu dimulai dengan mengikat Prabowo-Sandiaga dengan pakta integritas, lalu memenangkan Prabowo-Sandiaga ke kursi Presiden dan Wakil Presiden RI.

Setelah Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno berkuasa, janji-janji dalam pakta integritas ditagih dan dijadikan landasan evaluasi.

Jika kemudian ada sejumlah butir pakta integritas yang ternyata tak mampu direalisasikan Prabowo-Sandiaga, dimulailah delegitimasi dan gelombang unjukrasa aksi tagih janji yang bermuara pada penumbangan kekuasaan Prabowo-Sandiaga.

Sebagaimana lazimnya penumbangan kekuasaan melului kudeta, pihak yang memobilisasi massa-lah yang kemudian tampil sebagai penguasa baru.

Bagi sebagian orang, kecemasan para pemuda loyalis Prabowo ini sekedar imajinasi paranoid. Berlebihan. Namun mungkin saja para loyalis Prabowo ini melihat dasar yang kuat dengan kehadiran tokoh HTI dan spanduk-spanduk HTI dalam Ijtima Ulama I dan II. Apalagi kehadiran pemimpin HTI memang atas undangan panitia.

HTI adalah partai politik internasional yang tidak sepakat kepada sistem demokrasi. Ini bukan tuduhan tanpa dasar. Dalam berbagi unjukrasa, HTI menyatakan sikap itu secara terang-terangan.

Demokrasi adalah salah satu prinsip dalam Pancasila, sila ke-4. Penolakan terhadap demokrasi berarti penolakan terhadap Pancasila. Itulah yang membuat HTI dibubarkan.

Aksi HTI menyatakan menolak sistem demokrasi yang berarti menolak Pancasila sila ke-4 [Kabarnesia.com]
Aksi HTI menyatakan menolak sistem demokrasi yang berarti menolak Pancasila sila ke-4 [Kabarnesia.com]
Organisasi-organisasi yang tidak menyepakati demokrasi akan selalu berupaya merebut kekuasaan tidak lewat jalur demokrasi (pemilu).

Maka dukungan kepada Prabowo-Sandiaga untuk meraih kekuasaan adalah sekedar jalan taktis yang sementara sifatnya.

Di tengah jalan, taktik ini akan dicampakkan, berganti perebutan kekuasaan melalui kudeta. Kondisinya bergantung imbangan kekuatan.

HTI berharap dengan berkuasanya Prabowo-Sandiaga mereka akan mendapatkan konsesi demokrasi berupa pembiaran hidup organisasi mereka, bertumbuh dan merekrut kian banyak anggota, menyusup dalam lembaga-lembaga strategis seperti militer, kepolisian, pengadilan, BUMN.

Kelak ketika imbangan kekuatan, komposisi rakyat yang mendukung gagasan-gagasan HTI dan yang menolak sudah cukup seimbang, gerakan kudeta pun dilancarkan.

Dengan pandangan seperti ini, para pemuda loyalis Prabowo meragu dalam berjuang habis-habisan untuk memenangkan Prabowo-Sandiaga dalam pilpres.

Untuk apa menang pada Pilpres 2019 jika itu hanya membuka gerbang bagi musuh dalam selimut untuk merebutnya di tengah jalan?

Bisa jadi demikian gejolak kecemasan dalam benak mereka.

Akhirnya, alih-alih menyatukan barisan ulama (yang tak mungkin sebab di kubu Jokowi ada KH Ma'ruf Amin dan NU), Ijtima Ulama dan paksa integritas justru memecah belah para pendukung sejati Prabowo, setidaknya bikin ragu kelompok-kelompok seperti Gerbong Pemuda Loyalis Prabowo.

Tentu mereka yang berunjukrasa secara terbuka menyatakan kecemasan sekedar gunung es. Ada lebih besar jumlahnya yang diam dalam kecemasan serupa.

Sumber:
RMOL.co (16/09/2018) "Loyalis Minta Prabowo Tidak Dijadikan Kuda Troya"
Liputan6.com (27/07/2018) "Hadiri Ijtima Ulama, Eks Jubir HTI Bicara Ganti Presiden"
Detik.com (16/09/2018) "Berjas dan Kacamata Hitam, Prabowo Hadiri Ijtimak Ulama II"
Tribunnews.com (16/09/2018) "Ada Spanduk HTI di Dekat Acara Ijtima Ulama"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun