Pemeritahan Joko Widodo tentu tidak asal klaim. Ada banyak bukti pembangunan olahraga dan peningkatan prestasi atlet yang dilakukan selama 4 tahun pemerintahannya.
Pemerintahan Joko Widodo mulai dengan mengevaluasi Program Indonesia Emas (Prima) yang ditetapkan SBY melalui Perpres No. 22 tahun 2010. Semasa SBY, program ini tidak mampu menghasilkan prestasi lebih dari 4 medali emas dalam Asian Games.
Evaluasi Prima menghasilkan sejumlah perbaikan  terutama aspek kelembagaannya agar peran pemerintah melalui Kementrian Pemuda dan Olahraga lebih optimal. Sekitar 80 persen Perpres SBY diubah oleh Menpora Imam Nahrawi dan mendapat persetujuan Presiden Joko Widodo melalui Peraturan Presiden Nomor 15 tahun 2016.
Pemerintahan Joko Widodo terus memantau dan meningkatkan kinerja Satlak Prima. Ketika peningkatan prestasi di sejumlah even internasional belum memuaskan, pemerintah kembali memperbaiki kelembagaan peningkatan prestasi atlet melalui Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2017 tentang Prestasi Olahraga Nasional
Perpres ini menjadi landasan bagi perombakan kelembagaan dan strategi peningkatan prestasi atlet yang meliputi: pengembangan bakat calon Atlet Berprestasi; seleksi calon Atlet Berprestasi dan calon pelatih Atlet Berprestasi; pelatihan performa tinggi Atlet Berprestasi; pembinaan kehidupan sosial Atlet Berprestasi; hingga soal pembiayaan; serta pengawasan dan pelaporan.
Ada banyak perbaikan signifikan yang dilakukan Presiden Joko Widodo berlandaskan Perpres 95/2017 ini. Rantai komando peningkatan prestasi atlet dibuat lebih ringkas dan jelas agar birokrasi yang rumit tidak menghalangi percepatan peningkatan prestasi. Satlak Prima dibubarkan. Presiden Joko Widodo menunjuk Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani dan Menpora Imam Nahwari sebagai komandan yang bertanggung jawab penuh dan langsung atas peningkatan prestasi atlet.
Perpres 95/2017 juga mengatur penganggaran yang lebih pasti dan jaminan insentif yang lebih baik bagi para atlet, baik selama mengikuti pelatihan pun ketika menorehkan prestasi.
Bayangkan saja, bonus bagi atlet peraih medali emas naik lebih dari 300 persen, dari Rp 400 juta per medali menjadi Rp 1,5 miliar. Belum lagi penyaluran para atlet ini sebagai pegawai negeri sipil agar mereka tidak lagi mencemaskan kehidupan di hari tua seperti kisah-kisah yang pernah kita dengar dari masa sebelumnya.
Peran pemerintah yang terencana, sistematis, berjangka panjang, dan sunguh-sungguh inilah salah satu faktor yang berkontribusi signifikan terhadap prestasi atlet Indonesia di Asian Games 2018, bahkan melampaui target 10 besar yang direncanakan.
Maka ketika rakyat Indonesai merayakan peningkatan gila-gilaan prestasi ini, secara fair rakyat memberikan kredit pujian kepada pemerintahan Joko Widodo.
Mengavalusasi sesuatu selalu butuh baseline. Demikian pula dengan prestasi di Asian Games. Peroleh medali di Asian Games sebelumnya adalah kondisi baseline yang jadi patokan untuk menilai seberapa besar kemajuan yang dihasilkan setelah intervensi (program peningkatan prestasi atlet).