Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno sudah mulai kampanye sebagai pasangan capres-cawapres dengan politik "sowan," yaitu bertandang ke para tokoh untuk mohon restu. Setelah sebelumnya mengunjungi PP Muhammadiyah, kini keduanya bertandang minta restu Jusuf Kalla (Kompas.com, 15/08/2018).
Sepintas langkah Prabowo-Sandiaga ini tampak sia-sia sebab Jusuf Kalla adalah Ketua Dewan Pengarah Tim Pemenangan Nasional Jokowi-Ma'ruf Amin.
Namun jangan salah. Prabowo-Sandiaga mengunjungi Jusuf Kalla bukan berharap dukungan tokoh Indonesia Timur itu.
Ada setidaknya 3 hal yang bisa jadi dampak positif dari politik sowan Prabowo-Sandiaga ke Jusuf Kalla pun ke tokoh lainnya.
Pertama, dengan politik sowan ke para tokoh pendukung Jokowi, Prabowo-Sandiaga berharap bisa meminimalisir militansi para pengikut si tokoh dalam memenangkan Joko Widodo - Ma'ruf Amin.
Prabowo-Sandiaga berharap orang-orang yang mengidolakan Jusuf Kalla tersentuh hatinya melihat tokoh idola mereka disanjung Prabowo-Sandiaga dengan repot-repot sowan.
Ini berdampak memupus rasa tak suka mereka kepada Prabowo-Sandiaga, bahkan bisa saja membangkitkan rasa suka. Dengan begitu, Prabowo-Sandiaga menghapus satu dari sekian motif para pendukung Jusuf Kalla dalam mendukung Jokowi-Ma'ruf.
Pada ujungnya, jika toh orang-orang ini tetap juga mendukung Jokowi-Ma'ruf, peran mereka Jokowi-Ma'ruf sekadarnya saja, tidak militan-militan amat.
Bayangkan jika Prabowo-Sandiaga konfrontatif terhadap Jusuf Kalla. Para pendukung Jusuf Kalla akan berjuang mati-matian memenangkan Jokowi-Ma'ruf hanya karena rasa marah mereka kepada Prabowo-Sandiaga.
Kedua, dengan politik sowan ini, Prabowo-Sandiaga mencitrakan diri sebagai pihak yang menginginkan kampanye damai, yang berpolitik dengan santun dan sejuk.
Para konsultan politik Prabowo-Sandiaga tentu sudah sampaikan, salah satu penyebab rendahnya elektabilitas Prabowo selama ini adalah rasa tak suka rakyat Indonesia pada tindakan politik agresif.
Dalam 5 tahun terakhir kubu Prabowo terlalu agresif menyerang pemerintahan. Banyak politisi Gerindra dan PKS yang asal melakukan kritik, bukan menyasar program dan kebijakan Joko Widodo melainkan pada aspek-aspek pribadi Jokowi dan hal ecek-ecek lain.
Seseorang pernah menulis, politik pemilu itu serupa saja dengan kehidupan bertetangga. Tidak ada orang yang suka kepada warga yang gemar nyinyir dan gosipkan tetangga serta bertengkar dengan tetangga kiri-kanan depan-belakang rumahnya. Warga yang seperti ini biasanya dijauhi para tetangga.
Dengan politik sowan, Prabowo-Sandiaga ingin membalik semua kesan negatif ini. Mereka ingin membangun citra baru, citra sebagai pasangan capres-cawapres yang adem dan santun.
Ketiga, menjaga ritme pemberitaan media.
Sudah jadi rahasia umum, pemberitaan media massa dan percakapan media sosial besar pengaruhnya pada preferensi rakyat. Para politisi yang sering dipercakapkan media dan media sosial dalam sentimen positif sangat mungkin terpilih.
Politik sowan yang dilakukan Prabowo-Sandiaga berdampak menyita sebagian slot pemberitaan dan percakapan warga. Tentu saja percakapan itu positif sifatnya.
Kian banyak aksi-aksi simpatik seperti ini, kian banyak porsi pemberitaan positif dan percakapan media sosial bersentimen positif seputar Prabowo-Sandiaga, semakin kuat peluang keterpilihan mereka.
Demikianlah dugaan sederhana saya. Benar atau tidaknya pandangan ini, survei beberapa bulan kemudian akan bisa membuktikannya. Tentu saja syaratnya Prabowo-Sandiaga perbanyak dan persering politik sowan dan mengurangi aksi-aksi mengejek atau kritik tanpa makna kepada pasangan Jokow-Ma'ruf.
Semoga. [@tilariapadika]
Sumber: Kompas.com (15/08/2018) "Maju Pilpres 2019, Prabowo-Sandiaga Minta Restu Jusuf Kalla."
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI