Dalam 5 tahun terakhir kubu Prabowo terlalu agresif menyerang pemerintahan. Banyak politisi Gerindra dan PKS yang asal melakukan kritik, bukan menyasar program dan kebijakan Joko Widodo melainkan pada aspek-aspek pribadi Jokowi dan hal ecek-ecek lain.
Seseorang pernah menulis, politik pemilu itu serupa saja dengan kehidupan bertetangga. Tidak ada orang yang suka kepada warga yang gemar nyinyir dan gosipkan tetangga serta bertengkar dengan tetangga kiri-kanan depan-belakang rumahnya. Warga yang seperti ini biasanya dijauhi para tetangga.
Dengan politik sowan, Prabowo-Sandiaga ingin membalik semua kesan negatif ini. Mereka ingin membangun citra baru, citra sebagai pasangan capres-cawapres yang adem dan santun.
Ketiga, menjaga ritme pemberitaan media.
Sudah jadi rahasia umum, pemberitaan media massa dan percakapan media sosial besar pengaruhnya pada preferensi rakyat. Para politisi yang sering dipercakapkan media dan media sosial dalam sentimen positif sangat mungkin terpilih.
Politik sowan yang dilakukan Prabowo-Sandiaga berdampak menyita sebagian slot pemberitaan dan percakapan warga. Tentu saja percakapan itu positif sifatnya.
Kian banyak aksi-aksi simpatik seperti ini, kian banyak porsi pemberitaan positif dan percakapan media sosial bersentimen positif seputar Prabowo-Sandiaga, semakin kuat peluang keterpilihan mereka.
Demikianlah dugaan sederhana saya. Benar atau tidaknya pandangan ini, survei beberapa bulan kemudian akan bisa membuktikannya. Tentu saja syaratnya Prabowo-Sandiaga perbanyak dan persering politik sowan dan mengurangi aksi-aksi mengejek atau kritik tanpa makna kepada pasangan Jokow-Ma'ruf.
Semoga. [@tilariapadika]
Sumber: Kompas.com (15/08/2018) "Maju Pilpres 2019, Prabowo-Sandiaga Minta Restu Jusuf Kalla."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H