Dalam sepak bola ada pola bertahan yang disebut man to man defence. Tiap-tiap pemain di barisan pertahanan mengawal tiap-tiap pemain penyerang lawan, masing-masing seorang untuk membatasi ruang geraknya.
Dalam politik, kubu Jokowi-Ma'ruf Amin tampaknya gunakan pula pola ini dalam"pertempuran udara" melawan para juru bicara kubu Prabowo.
Hal ini tampak dalam pernyataan Farhat Abbas yang kini jadi anggota tim pemenangan capres-cawapres Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Farhat menggaku ia disiapkan untuk melawan Fadli Zon dan Ahmad Dhani (Detik.com, 13/08/2018).
Sebelum pembentukan tim pemenangan, taktik ini tampaknya sudah diterapkan pemerintahan Joko Widodo dengan menunjuk Ali Mochtar Ngabalin sebagai Tenaga Ahli Kedeputian IV Kantor Staf Kepresidenan.
Jabatan tenaga ahli itu tampaknya hanya formalnya saja. Tugas Ngabalin lebih tampak sebagai juru counter serangan lawan, terutama pernyataan-pernyataan Amien Rais.Â
Kini taktik ini juga digunakan kubu Jokowi dalam Pilpres.
Sah-sah saja kubu Jokowi gunakan itu sebab mereka merasa pernyataan-pernyataan kubu lawan bukanlah kritik yang sehat, atau menurut Farhat Abbas adalah hoax.
Tetapi tampaknya Farhat Abbas tidak semata-sama ditugaskan sebagai pemain bertahan yang melakukan fungsi man to man defence.
Farhat juga ditugaskan membantu pasukan penyerang dalam pertempuran udara. Hal ini tampak dalam pernyataan Farhat Abbas saat mengikuti pelatihan tim pemenangan Jokowi-Ma'ruf Amin (Detik.com, 13/08/2018).
Farhat melancarkan serangan kepada Sandiaga Uno, mempertanyakan prestasi Sandiaga sehingga bisa dijadikan cawapres oleh Prabowo dan membandingkan elektabilitas Sandiaga yang menurut survei lebih rendah dibanding AHY.
Serangan Farhat juga menyasar Prabowo yang katanya plin plan sebab dulu mengkritik Jokowi meninggalkan jabatan Gubernur DKI untuk maju pilpres, kini malah menyebabkan Sandiaga meninggalkan jabatan Wagub DKI.