Tidak ketinggalan, parpol-parpol pendukung Prabowo juga kena pukulan Farhat. Farhat menuduh parpol-parpol itu mendukung Prabowo hanya untuk mendompleng suara bagi caleg-caleg mereka agar lolos ke Senayan.
Serangan Farhat ini sengaja dibuat ecek-ecek sebab fungsinya hanya untuk mengalihkan perhatian lawan.
Serangan seperti ini umumnya pernyataan yang dibuat seprovokatif mungkin agar lawan meresponnya.
Serangan dinilai berhasil jika lawan merespon balik berupa membela diri atau menyerang si pelontar pernyataan. Bonusnya adalah respon lawan justru melahirkan blunder.
Jadi, orang-orang dengan tugas seperti Farhat memiliki fungsi ketiga--selain pemain bertahan man to man defence dan serangan pengecoh--yaitu sebagai umpan peluru atau flare dalam sistem perlidungan rudal pesawat tempur.
Orang-orang ini pasang badan, memancing lawan agar mengarahkan serangan kepada mereka sehingga dengan demikian lawan teralihkan dari target utama yaitu kegagalan-kegagalan program pemerintah.
Farhat Abbas berhasil. Pernyataannya direspon kubu Prabowo.
Anggota Badan Komunikasi Partai Gerindra Andre Rosiade merespon serangan itu dengan menyindir Farhat sebagai penyebar hoax dan memaparkan keberhasilan Sandiaga. Andre katakan kesuksesan Sandiaga adalah mengalahkan Ahok (Detik.com, 13/08/2018).
Blunder! Andre lupa bahwa sejak Jokowi mengambil Ma'ruf Amin sebagai cawapres, pendukung Ahok kecewa dan sebagian menyatakan kemungkinan akan golput.
Pernyataan Andre berpotensi membangkitkan amarah mereka kepada kubu Anies-Sandiaga dan PA 212 yang menyatu dalam kubu Prabowo.
Jika mereka sebelumnya tidak lagi menganggap Jokowi sebagai sekutu, kini mereka akan melihat kubu Jokowi-Ma'ruf dalam cara pandang "musuh dari musuhku adalah kawanku."