Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Hasil Survei LIPI Membuktikan Kampanye Kubu Prabowo Salah Strategi

20 Juli 2018   16:51 Diperbarui: 22 Juli 2018   14:44 4018
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi tadi, dalam artikel "Apa Kunci Prabowo Bisa Balik Kondisi Jadi Kemenangan Lawan Jokowi?"saya mengulas bagaimana sebaiknya kubu Prabowo membaca hasil survei dengan benar untuk kemudian mengambil langkah-langkah strategis agar dapat membalik keadaan.

Dalam artikel itu, saya menggunakan hasil survei Indobarometer dan Charta Politika, menyoroti angka elektabilitas tokoh-tokoh di luar Prabowo dan Jokowi dan mengajukan hipotesis bahwa peluang Prabowo membalik keadaan terletak pada bagaimana mengolah pendukung tokoh-tokoh agar beralih mendukung Prabowo.

Siang ini, saya mendapat berita hasil survei yang dirilis LIPI, menunjukkan data berkecenderungan serupa dengan yang survei Charta Politika dan Indobarometer.

Sekali lagi, jika para pendukung Prabowo ingin menang maka hentikanlah sikap bersikeras meragukan atau menuduh survei lembaga-lembaga itu sebagai pesanan politik. Memang ada banyak lembaga survei palsu, tetapi lembaga-lembaga seperti LIPI, Charta Politika, dan Indobarometer memiliki rekam jajak layak dipercaya.

Adalah lebih baik jika para pendukung Prabowo menghemat energinya dari polemik tak perlu soal hasil survei dan lebih fokus membaca kenyataan di balik angka-angka itu untuk kemudian merumuskan strategi dan taktik perbaikan.

Sekarang bacalah dengan hati dingin dan kepala terbuka, saya ingin membantu menguraikan kisah di balik angka-angka LIPI.

Ada satu hal yang mengejutkan saya dari hasil survei LIPI terkini ini.

Dalam artikel sebelumnya ("Apa Kunci Prabowo Bisa Balik Kondisi Jadi Kemenangan Lawan Jokowi?") saya katakan bahwa 15an persen pendukung tokoh-tokoh di luar Jokowi dan Prabowo berpotensi lebih besar mengalihkan dukungannya kepada Prabowo saat sudah kian pasti hanya akan ada 2 pasangan capres-cawapres yang bertarung dalam Pilpres 2019: Jokowi lawan Prabowo. Sejumlah langkah saya sarankan diambil kubu Prabowo untuk memastikan peralihan dukungan itu.

Tetapi angka-angka yang dipresentasikan LIPI bikin terkejut, menyatakan kondisi bertolak belakang.

LIPI membuat 4 macam simulasi Pilpres, mulai dari pertanyaan dengan 10 kandidat dan disaring hingga hanya 2 kandidat (Detik.com, 19/07/2018).

Pada simulasi 10 kandidat, pilihan pemilih (responden sebagai sample yang merepresentasikan kecenderungan total pemilih) adalah Joko Widodo 53,3 persen; Prabowo Subianto 22 persen; 8 calon lain 12,1 persen; golput 0,7 persen, dan tidak jawab (masih ragu) 12 persen.

Ketika disaring lagi menjadi simulasi 2 kandidat, pilihan rakyat adalah Joko Widodo 58,2 persen; Prabowo Subianto 26,6 persen; golput 1,3 persen; tidak jawab (masih ragu) 13,9 persen.

Lihatlah, angka-angka berubah. Apa maksudnya?

Karena tokoh-tokohnya dikeluarkan dari simulasi (hingga pilpres hanya diikuti Jokowi dan Prabowo) pada pemilih 8 tokoh lain (12,1 persen atau sekitar 254 orang) akan mengalihkan pilihan mereka. Pengalihan pilihan itu terdiri dari 4 tipe, yaitu 1) yang mengalihkan pilihan ke Jokowi (40,5 persen dari 254 orang); 2) ke Prabowo (38,2 persen dari 254 orang); 3) golput (5,79 persen dari 254 orang); dan 4) masih bingung (15,7 persen dari 254 orang).

Lihatlah, ternyata di antara orang-orang yang lebih senang tokoh-tokoh di luar Jokowi dan Prabowo, ketika terpaksa harus memilih antara Jokowi atau Prabowo, masih lebih banyak yang memilih beralih mendukung Jokowi (40,5 persen) dibandingkan memilih Prabowo (38,2 persen). Sekitar 5,79 persen lainnya adalah pengikut fanatik 8 tokoh (tersebut di atas) di luar Prabowo dan Jokowi sehingga memilih lebih baik golput, dan sisanya 15,7 persen masih bingung harus mengalihkan dukungan ke Prabowo atau Jokowi.

Sungguh, ini kenyataan yang menampar kubu Prabowo. Hasil survei ini menegaskan kondisi bahwa kampanye berslogan #2019GantiPresiden mungkin berhasil mengurangi jumlah pendukung Jokowi untuk sementara namun gagal memindahkan dukungan itu ke Prabowo. Dukungan itu lari ke tokoh-tokoh lain. Ketika tokoh-tokoh lain tidak bertarung Pilpres, para pendukung mereka justru lebih banyak yang beralih mendukung Jokowi dibandingkan ke Prabowo.

Apa yang sebaiknya dilakukan kubu Prabowo?

Seperti telah saya sampaikan dalam artikel "Apa Kunci Prabowo Bisa Balik Kondisi Jadi Kemenangan Lawan Jokowi?" kubu Gerindra sendiri sebenarnya sudah memahami kondisi ini dan karena itu lekas-lekas banting setir strategi dan taktik kampanye mereka.

Jika pada April lalu petinggi Gerindra menyerukan gerakan kampanye #2019GantiPresiden harus didukung (CNNIndonesia.com, 06/04/2018), kini Gerindra menyerukan kepada para kadernya untuk fokus kembali kepada slogan awal, "Gerindra Menang, Prabowo Presiden"(Tribunsumsel.com, 18/07/2018) yang berarti berubah dari kampanye negatif menyerang Jokowi menjadi kampanye positif mempromosikan Prabowo.

Itu sudah satu langkah tepat, semoga masih tersisa waktu untuk merasakan dampaknya.

Langkah kedua adalah politisi Gerindra perlu tertib menahan opininya untuk tidak mengeluarkan pernyataan-pernyataan aneh yang justru menjauhkan Gerindra dan Prabowo dari simpati rakyat.

Kritik terhadap pemerintah hendaknya dipikirkan betul agar substansial dan mampu menelenjangi kegagalan pemerintahan Joko Widodo dan salah arah kebijakan-kebijakannya. Hindari polemik ecek-ecek, hal-hal sepele yang tak perlu dikomentari.

Ketiga, kubu Prabowo-Gerindra sebaiknya membersihkan diri dari citra dekat dengan kubu fundamentalis agama atau kelompok separuh milisi separuh politisi yang kelewat kasar dalam mengeksploitasi simbol-simbol agama untuk menggolkan kepentingan politik mereka. Hasil survei telah menunjukkan bahwa sentimen SARA hanya berhasil di DKI namun tidak dalam tataran nasional.

Semoga dengan langkah-langkah ini, elektabilitas Prabowo bisa kembali menguat dan Jokowi mendapat lawan tanding setara dalam Pilpres 2019 nanti.

Selamat berjuang dengan cara yang benar.

Sumber:

  1. Tilaria Padika (Kompasiana.com, 20/07/2018) "Apa Kunci Prabowo Bisa Balik Kondisi Jadi Kemenangan Lawan Jokowi?"
  2. Kompas.com, (21/05/2018) "Survei Charta Politika: Elektabilitas Jokowi 51,2 Persen, Prabowo 23,3 Persen.",
  3. Kompas.com (22/05/2018) "Survei Indo Barometer: Elektabilitas Jokowi 40,7 Persen, Prabowo 19,7 Persen."
  4. Detik.com (19/07/2018) "Survei LIPI: Jokowi 46%, Prabowo 17%."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun