Saya tidak bisa ceritakan semuanya. Karena itu, mungkin kali ini saya cerita saja aneka jenis pangan pokok sumber karbohidrat dan beberapa jenis sajian yang unik.
Orang Timor pada zaman dahulu, seperti orang NTT pada umumnya mengonsumsi pangan pokok berupa biji-bijian, kacang-kacangan, umbi, rimpang, dan buah. Berikut beberapa dari yang tersaji pada festival pangan lokal 2018 di Desa Oh'aem I ini. Saya gunakan foto-foto sumbangan fotografer cilik Ike Nggili
Berbagai bentuk olahan dan penyajian Jagung, beras, sorgum, dan kacang-kacangan
Hidangan berbahan Jagung yang paling terkenal adalah Jagung bose. Di dalamnya ada Jagung kupas kulit ari dan kacang merah kecil yang disebut kacang nasi. Jagung bose ini manis dan nikmat sekali.
Dalam artikel sebelumnya, "Masyarakat Pemakan Madu di Kaki Benteng Gunung Batu Kauniki," saya sertakan video saat menikmati kacang hutan Kratok bersama madu. Uouh, enaknya. Coba Om-Tante lihat lagi video di artikel itu nanti.Â
Umbi-umbian yang dijadikan pangan pokok adalah singkong, ubi jalar,dan beragam jenis uwi (Dioscorea). Rimpang yang dikonsumsi sebagai pangan pokok adalah keladi, talas, dan ganyong yang mereka sebut pisang tanah. Labu dan pisang adalah jenis buah yang dijadikan pangan pokok. Cara pengolahannya beragam. Yang paling saya sukai adalah keladi yang ada lapisan selai pisang di tengahnya.
Jika Om-Tante perhatikan, masing-masing jenis hidangan memiliki teman sambal yang khas. Jika saya perhatikan, ada 6 variasi sambal. Yang paling terkenal dan sering diulas di tv adalah sambal lu'at. Ada pula sambal jantung pisang, dan yang unik adalah sambal lebah, berbahan dasar larva lebah. Aduh, enak nian, Om-Tante.
Selain sambal, pangan pokok seperti umbi-umbian dan kacang-kacangan dinikmati dengan saos madu. Wuih. Coba Om-Tante lihat sekali lagi video saya nikmati kacang kratok dan saos madu di artikel "Masyarakat Pemakan Madu di Kaki Benteng Gunung Batu Kauniki."
Favorit saya
Di antara beragam sajian pangan lokal itu, ada 4 favorit saya: kacang saos madu, sarang lebah, sambal larva lebah, dan tentu saja se'i babi. Sayang sekali, saya tidak sempat menikmati se'i babi selama festival. Tetapi tidak mengapa sebab warung se'i babi tersebar di setiap penjuru Kota Kupang.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!