Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ramadan 2018, Harapan dan Ketakutan-ketakutannya

12 Juni 2018   20:02 Diperbarui: 13 Juni 2018   02:02 794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari seph-the-zeth.deviantart.com

"Hope is a disposition of the soul to persuade itself that what it desires will come to pass, which is caused by a particular movement of the spirits, namely, by that of mingled joy and desire. And fear is another disposition of the soul, which persuades it that the thing will not come to pass." Descartes

Tidak seperti Descartes yang memandang harapan dan ketakutan bekerja berseberangan, saya memandang harapan dan ketakutan bekerja sama menghasilkan gerak maju dari sisinya masing-masing. Harapan menarik untuk bergerak menuju. Ketakutan mendorong agar bergerak menuju. Tujuan keduanya sama, dicapai dengan motif yang berbeda.

Harapan dan ketakutan adalah hal terbesar yang menggerakkan manusia dalam kehidupannya, menentukan apa yang dilakukan sejak bangun tidur hingga kembali tertidur, memutar roda peradaban.

Mengejar harapan-harapan, dan melarikan diri dari ketakutan-ketakutan. Itu saja sebenarnya dua motivasi mendasar manusia dalam kehidupan ini.

Seeorang anak berjuang mengalahkan rasa enggannya, melangkahkan kaki menuju sekolah oleh dua hal. Harapan untuk lulus, atau sekedar menikmati hari yang ceria bersama kawan-kawan sekolah; atau untuk menghindari ketakutan: omelan orang tua sepanjang pagi itu dan pertanyaan guru esok hari, atau ketakutan menjadi bodoh seumur hidup dan menggelandang oleh sebab tiada berpengetahuan.

Seeorang lelaki akan berjuang membebaskan diri dari kantuk yang balas dendam sebab diabaikan begitu saja semalam suntuk ketika si lelaki harus membelanjakan waktu menarikan jemarinya di atas laptop yang selalu minta diriset saat jenuh.

Apakah yang memberi kekuatan pada si lelaki?

Harapan agar pagi hingga siang ini usaha-usaha akan membawa hidupnya lebih baik. Bisa juga oleh ketakutan akan delik marah atau panjang omelan istri sebab minyak tanah sudah kosong dan untuk kembali membuatnya penuh, si lelaki harus beranjak dari ranjang, melakukan sesuatu.

Apa yang membuatmu berusaha menjadi sebaik-baiknya manusia?

Agar masuk surga (harapan) dan tidak sebaliknya masuk neraka (ketakutan). Hanya para bijak-bestari yang menjawab, sebagai bentuk terima kasih telah diciptakan Yang Ilahi.

Harapan dan ketakutan itu juga yang memaksa saya terus mencari gagasan, membuka buku-buku dari tumpukannya yang berdebu, berselancar mencari sumber-sumber informasi valid di belantara informasi---yang sebagian besar hoax, salah paham, ditulis sekadarnya---di internet.

Harapan itu yang disediakan Kompasiana pada Ramadan 2018 ini. Program K-Reward bulanan namun tempo-tempo (sebaiknya memang jangan disebut bulanan) dan program THR Satu Ramadan Bercerita menciptakan harapan dan ketakutan.

Harapan datang dari insentif. Reward atas unique click (K-Reward) dan penilaian juri atas kualitas artikel (THR Satu Ramadan Bercerita). Lebih jauh lagi, kedua program itu menciptakan momen menantang kapasitas diri. 

Mungkinkah saya bisa bekerja dalam tekanan: menulis sesuai tema yang diminta, tema yang sama sekali tidak terpikirkan sebelumnya (32 artikel tentang Ramadan) dan dalam tenggat yang disediakan (sehari)? Bisakah itu saya penuhi tanpa tergelincir memperlakukan menulis sebagai berak, seperti Idrus pernah berkata kepada Pramoedya?

Ya, harapan-harapan itu, harapan meraih penghargaan dan harapan keluar sebagai pemenang melawan diri sendiri, melampaui batas-batas lama, mengalahkan malas dan kebiasaan woles, langgam menunda pekerjaan

Lalu, demi memperkuat daya tarik harapan, ditegakkanlah nilai-nilai, bahwa mempelajari tema Ramadan adalah juga praktik bertoleransi.

Toleransi akan muncul di atas pemahaman. Pemahaman itu sekedar menuntut pengetahuan, bukan kepercayaan atau persetujuan. Ya, mereka melakukan itu karena mereka yakin hal itu begini dan begitu. Begitu saja. Tak harus berlanjut dengan pertanyaan apakah begini-begitu itu benar?

Tetapi mengejar harapan berarti menyeret pula ketakutan-ketakutan. Bagaimana jika besok saya tak sempat menulis, dan karenanya gugur dalam kompetisi (kompetisi Kompasiana pun kompetisi dengan diri sendiri yang timbul dari target menantang diri). Bagaimana jika saya menulis artikel yang buruk?

Aih, mungkin Descartes benar. Jika tak diolah, ketakutan-ketakutan menjelma keraguan. Ketakutan yang menjadi keraguan akan memelukmu agar tak ke mana-mana.

Syukurlah. Saya mengejar harapan dan mengalahkan ketakutan-ketakutan. Saya sudah lolos dalam kompetisi melawan diri sendiri. Sejak 1 Mei hingga 11 Juni, 42 hari saya menghasilkan 57 artikel. Sebanyak 22 berstatus artikel utama/headline, dan 33 berstatus highlight/pilihan.

Ketakutan dan harapan membuat saya mampu menerobos batasan-batasan diri. Harapan dan ketakutan yang muncul dari program-program Kompasiana selama Ramadan.

Inilah pengalaman Ramadan 2018 yang layak dikenang, yang ketika berlalu pantas dirindukan. Harapannya, produktivitas saya tidak berkurang setelah ini dan ada tantangan-tantangan lain di bulan selanjutnya. Ketakutannya, realitas akan bertolak belakang dari harapan.

[@tilariapadika]

Baca yang lain di Seri EDISI RAMADAN Tilaria Padika 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun