Kota Kupang punya sejumlah tempat ngabuburit favorit, yaitu kawasan "one stop buka puasa," ada objek menarik untuk ngabuburit, pusat jualan takjil, dan masjidnya. Pada artikel "Berburu Kalesong di Air Mata, "One Stop Area" Berbuka Puasa" tempo hari saya sudah cerita soal kawasan JAM dan JKS. Ini ada satu lagi, kawasan yang masih tergolong baru. Taman Nostalgia namanya.
Taman Nostalgia dibangun pada Februari 2011 dan diresmikan oleh Presiden Susilo. Memang cocok jika presiden yang resmikan sebab pada taman inilah satu dari empat monumen Gong Perdamaian Nusantara berdiri. Tiga yang lain terletak di Ambon, Yogyakarta, dan Ciamis.
Banyak juga penduduk Kota Kupang yang luangkan waktu sore dan malam hari di taman ini. Di hari Sabtu dan Minggu Taman Nostalgia sudah ramai semenjak pagi.
Biasanya orang memanfaatkan jogging track yang mengelilingi taman. Panjang taman mencapai 700an meter dan lebar 40an meter. Jadi panjang lintasan lari mencapai 1,4 km.
Jogging track memang tidak lebar, hanya cukup untuk 2-3 orang berdiri sejajar. Tetapi nyaman sebab berada di bawah naungan pepohonan.
Orang Kupang biasa membawa serta anak-anak mereka ke Taman Nostalgia sebab cukup banyak terdapat permainan luar ruangan untuk anak-anak. Ada sejumlah papan perosotan, jungkat-jungkit, ayunan, dan beberapa jenis lainnya yang tidak saya ketahui namanya.
Makanan dan minumannya murah-meriah. Yang hanya duduk berduan lelaki dan perempuan juga banyak. Sementara yang senang bermain basket boleh memanfaatkan lapangan yang ada.
Banyak even yang diadakan di Taman Nostalgia. Jika bukan acara terkait pemasaran oleh perusahaan dagang, tentu acara-acara sosial oleh komunitas hobi dan relawan.
Dahulu para penggiat puisi dan musik rutin bikin even baca puisi setiap malam Minggu. Sekarang entah ke mana mereka itu. Mungkin kembali kongkow-kongkow di kafe-kafe, tempat mereka menjauhkan puisi dari rakyat.
Saat komunitas puisi menyepi, ada anak-anak penggiat literasi, terutama Komunitas Leko yang menggantikan mereka buat kegiatan di sini. Anak-anak Leko menggelar perpustakaan lesehan. Inisiatornya, Feliks Nesi juga menggelar lapak Toko Buku Fanu di sini. Jadi kita boleh membaca gratis buku-buku koleksi Leko, bisa juga membeli buku-buku menarik dari Toko Buku Fanu.
Dahulu saya beberapa kali bikin kegiatan di Taman Nostalgia. Yang paling saya kenang adalah aksi spontan memfasilitasi para pengunjung taman untuk mengikrarkan tekad menjaga dan memperjuangkan kebinekaan dan kedaulatan bangsa.Â
Waktu itu di Solo terjadi peristiwa peledakan bom bunuh diri di gereja Gereja Bethel Injil Sepenuh, 25 September 2011. Saya dan sejumlah kawan mencemaskan tindakan reaksioner sebagian komponen masyarakat yang dapat memperkeruh suasana. Ngeri saya mendengar cerita kejadian di Kupang sebagai reaksi atas peristiwa Ketapang 1999 dahulu.
Karena itu kami memutuskan untuk mendahui merespon dalam bentuk ikrar penghormatan atas keberagaman dan kedaulatan bangsa. Persoalannya acara itu dadakan, bagaimana mempersiapkannya?
Saya meyakinkan teman-teman pemuda untuk mengadakannya di Taman Nostalgia dengan melibatkan para pengunjung taman.
Maka pada 27 September senja hingga malam hari, kami berhasil menarik perhatian 200an orang, sebagian besar adalah pengunjung Taman Nostalgia untuk bersama-sama merenungkan impian atas Kota Kupang dan NTT masa depan yang menghormati keberagaman, berkeadilan, sejahtera, dan berdaulat.
Ratusan orang duduk bersama, menyalakan lilin, menuliskan mimpi mereka pada flip card, dan membacakannya.
Diiringi lagu Lilin-Lilin Kecil, mereka mengucapkan ikrar yang sebagian berbunyi begini:
"Kami yang hadir di sini malam hari ini, ... representasi Tenggara Timur, Â miniatur masyarakat Nusantara majemuk. ... . Masyarakat sejahtera, adil, dan berdaulat adalah Nusa Tenggara Timur Impian Kami. Penghormatan atas kemajemukan adalah salah satu kunci menggapai impian itu, dan modal dasar kami dalam menghadapi kerasnya tantangan alam. Bangsa sejahtera, adil, dan berdaulat ini pulalah mimpi kolektif masyarakat Nusantara dari generasi ke generasi, cita-cita yang melahirkan Negara Republik Indonesia. Kami bertekad melanjutkan perjuangan meraih impian kolektif itu; dengan seluruh daya memastikan kekuasaan negara diabdikan untuk menjamin pemanfaatan bumi, air, dan kekayaan alam Nusantara, dan Nusa Tenggara Timur khususnya bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, kesejahteraan semua golongan masyarakat; dengan segenap upaya memastikan kekuasaan negara menjamin dan melindungi kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu. ... menjadikan Pasal 33 UUD 1945 sebagai peta penuntun dan Pasal 29 UUD 1945 sebagai kasut pelindung kaki kami dalam menempuh perjalanan panjang mewujudkan masyarakat Nusa Tenggara Timur, masyarakat Indonesia, yang sejahtera, adil, dan berdaulat."
Bagaimana Jika Ingin Ngabuburit di Taman Nostalgia?
Jika Om-Tante sedang berada di Kupang untuk satu kegiatan di bulan Ramadan ini, sebaiknya percepat tuntaskan kegiatan itu. Sebaiknya sudah beres sebelum pukul 15 agar Om-Tante dapat terlebih dahulu mengunjungi Museum NTT.
Di Museum itu Om-Tante bisa melihat-lihat, bertanya-tanya, dan berswafoto bersama aneka koleksi tenun, benda adat-istiadat, dan peninggalan purbakala dari aneka suku dan masyarakat di pulau-pulau di NTT.
Setelah puas atau  diusir pengelola museum sebab mereka harus pulang untuk siapkan diri berbuka puasa, Om-Tante tinggal menyebrang saja ke Taman Nostalgia.
Jika azan magrib tiba, tinggal beli aneka hidangan berbuka puasa di pusat kuliner di sisi utara taman. Selanjutnya Om-Tante dapat salat magrib di Masjid Universitas Muhammadyah yang hanya berjarak 900 meter dari sana.
Untuk makan malam, Om-Tante dapat kembali ke Taman Nostalgia atau mencari makan di sejumlah tempat makan di sepanjang Jalan Frans Seda. Ada warung waralaba Amerika, banyak juga pusat kuliner aneka masakan Nusantara dan Chinese food. Atau Om-Tante bisa ke restoran dan gerai makanan di Lippo Mall yang dicapai cukup dengan menyebrang jalan di sisi Barat Taman Nostalgia.
Nah, jadi seperti JAM dan JKS, Taman Nostalgia juga "one stop area berbuka puasa" kan? Jangan lupa kontak saya jika ingin beramal dengan traktir-traktir kawan ya.
Baca Artikel Lain Seri Edisi Ramadan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H