Dahulu para penggiat puisi dan musik rutin bikin even baca puisi setiap malam Minggu. Sekarang entah ke mana mereka itu. Mungkin kembali kongkow-kongkow di kafe-kafe, tempat mereka menjauhkan puisi dari rakyat.
Saat komunitas puisi menyepi, ada anak-anak penggiat literasi, terutama Komunitas Leko yang menggantikan mereka buat kegiatan di sini. Anak-anak Leko menggelar perpustakaan lesehan. Inisiatornya, Feliks Nesi juga menggelar lapak Toko Buku Fanu di sini. Jadi kita boleh membaca gratis buku-buku koleksi Leko, bisa juga membeli buku-buku menarik dari Toko Buku Fanu.
Dahulu saya beberapa kali bikin kegiatan di Taman Nostalgia. Yang paling saya kenang adalah aksi spontan memfasilitasi para pengunjung taman untuk mengikrarkan tekad menjaga dan memperjuangkan kebinekaan dan kedaulatan bangsa.Â
Waktu itu di Solo terjadi peristiwa peledakan bom bunuh diri di gereja Gereja Bethel Injil Sepenuh, 25 September 2011. Saya dan sejumlah kawan mencemaskan tindakan reaksioner sebagian komponen masyarakat yang dapat memperkeruh suasana. Ngeri saya mendengar cerita kejadian di Kupang sebagai reaksi atas peristiwa Ketapang 1999 dahulu.
Karena itu kami memutuskan untuk mendahui merespon dalam bentuk ikrar penghormatan atas keberagaman dan kedaulatan bangsa. Persoalannya acara itu dadakan, bagaimana mempersiapkannya?
Saya meyakinkan teman-teman pemuda untuk mengadakannya di Taman Nostalgia dengan melibatkan para pengunjung taman.
Maka pada 27 September senja hingga malam hari, kami berhasil menarik perhatian 200an orang, sebagian besar adalah pengunjung Taman Nostalgia untuk bersama-sama merenungkan impian atas Kota Kupang dan NTT masa depan yang menghormati keberagaman, berkeadilan, sejahtera, dan berdaulat.
Ratusan orang duduk bersama, menyalakan lilin, menuliskan mimpi mereka pada flip card, dan membacakannya.
Diiringi lagu Lilin-Lilin Kecil, mereka mengucapkan ikrar yang sebagian berbunyi begini:
"Kami yang hadir di sini malam hari ini, ... representasi Tenggara Timur, Â miniatur masyarakat Nusantara majemuk. ... . Masyarakat sejahtera, adil, dan berdaulat adalah Nusa Tenggara Timur Impian Kami. Penghormatan atas kemajemukan adalah salah satu kunci menggapai impian itu, dan modal dasar kami dalam menghadapi kerasnya tantangan alam. Bangsa sejahtera, adil, dan berdaulat ini pulalah mimpi kolektif masyarakat Nusantara dari generasi ke generasi, cita-cita yang melahirkan Negara Republik Indonesia. Kami bertekad melanjutkan perjuangan meraih impian kolektif itu; dengan seluruh daya memastikan kekuasaan negara diabdikan untuk menjamin pemanfaatan bumi, air, dan kekayaan alam Nusantara, dan Nusa Tenggara Timur khususnya bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, kesejahteraan semua golongan masyarakat; dengan segenap upaya memastikan kekuasaan negara menjamin dan melindungi kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu. ... menjadikan Pasal 33 UUD 1945 sebagai peta penuntun dan Pasal 29 UUD 1945 sebagai kasut pelindung kaki kami dalam menempuh perjalanan panjang mewujudkan masyarakat Nusa Tenggara Timur, masyarakat Indonesia, yang sejahtera, adil, dan berdaulat."