Dari pusat (lodok), batas-batas petak dibuat dengan menggaris segitiga samakaki. Sisi alas segitiga adalah batas terluar lingko, disebut cicing. Sementara sisi-sisi kaki yang merupakan batas antara bidang disebut langang.
Tonggak teno yang ditancapkan pada lodok adalah lambang bermakna serupa makna lingga-yoni. Tonggak berbentuk gasing (mangka) itu adalah perlambang dunia atas, dunia langit, Tuhan. Kehidupan tercipta oleh kerja kuasa ilahi pada bumi, ketika langit-Sang Ayah membuahi bumi-Sang Ibu.
Pembagian lahan dengan pola spider web atau lodok bukan hanya untuk sawah. Tanah perkebunan pun, selama ia merupakan lingko umumnya dibagi dengan pola ini. Sebelum orang Manggarai mengenal persawahan, sistem lodok telah ada dan mapan.
Mbaru Gendang Berbentuk Mbaru Niang
Bentuk lingkaran, dengan bagian tengah melambangkan Yang Ilahi dan orang-orang memiliki akses yang sama terhadap pusat sebagai perlambang demokrasi tidak hanya ditemukan dalam pola pembagian lahan ulayat (lingko) dengan sistem lodok.
 Anda juga bisa melihatnya dalam arsitektur rumah adat Manggarai (mbaru gendang) yang berbentuk mbaru niang (mengerucut). Perkampungan objek wisata yang terkenal dengan model mbaru niang ini adalah Wae Rebo.
Mbaru niang, rumah berbentuk kerucut yang mendapatkan  award of excellence, penghargaan tertinggi dalam bidang pelestarian budaya oleh UNESCO ini adalah simbol yang menyuarakan makna yang kurang lebih serupa dengan sistem lodok.
Pada puncak atap, jika dilihat dari luar terdapat tanduk kerbau dan gasing (mangka). Jika di lihat dari dalam, tingkat teratas bagian atap ini adalah ruang kecil yang disebut dengan renco sepot roang koe atau sekang koe, hekang kode, berbeda-beda menurut dialeg masing-masing daerah. Ini adalah tempat meletakkan persembahan kepada Yang Ilahi.
Jadi baik tingkat tertinggi di bagian dalam, atau tanduk kerbau jantan dan kayu gasing pada bubungan adalah simbol kepercayaan kepada Yang Ilahi.
Ketiga bagian ini dihubungkan oleh satu tiang utuh di pusat lingkaran rumah yang disebut Siri Bongkok. Pada siri bongkok inilah benda-benda pusaka, termasuk gendang pusaka digantung. Pada tempat ini pula tu'a golo sebagai pemimpin beo atau golo duduk ketika memimpin lonto leok (duduk melingkar bermusyawarah).