Pekerjaan rumah pemerintahan Jokowi berat juga ternyata. Bukan saja harus lebih banyak mengalamatkan pembangunan ke kawasan Timur, ia harus pula berjuang untuk membangun wacana positif, menyaingi percakapan-percakapan negatif yang telah berkembang sangat lama di kawasan Timur Indonesia. Dengan jalan itu kelak hasil survei tingkat kebahagiaan---lebih pas disebut survei persepsi tingkat kebahagiaan---orang NTT dan Papua membaik.
Sekedar catatan, jangan salah sangka menuduh saya berpandangan bahwa ketertinggalan di NTT dan Papua bukan realita melainkan hanya kesadaran semu yang diproduksi percakapan-percakapan negatif. Tidak.
NTT dan Papua memang tertinggal. Tetapi ketika percapakan tentang ketertinggalan itu mendominasi ruang publik, orang cenderung mengabaikan kemajuan-kemajuan yang ada. Inilah salah satu contoh konkret hegemoni itu. Hegemoni berperan menciptakan kesadaran palsu, mengarahkan orang-orang agar menerima begitu saja pandangan mainstream.
Jadi hegemoni tidak hanya diproduksi dari atas oleh kelas dominan agar publik menerima sistem ekonomi, politik, dan sosial yang menguntungkan mereka, kapitalisme, sebagai hal yang sudah seharusnya. Hegemoni bisa juga mengambil peran dalam percapakan-percapakan publik tentang kemiskinan, ketertinggalan, kemurungan-kemurungan.
Begitulah. Kita akhiri dulu di sini. Saya bingung, sebenarnya saya sedang mempercakapkan apa. Anda tahu?
***
Tilaria Padika
24042018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H