Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Indeks Tingkat Kebahagiaan Itu Politis

24 April 2018   23:46 Diperbarui: 25 April 2018   13:01 2879
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pekerjaan rumah pemerintahan Jokowi berat juga ternyata. Bukan saja harus lebih banyak mengalamatkan pembangunan ke kawasan Timur, ia harus pula berjuang untuk membangun wacana positif, menyaingi percakapan-percakapan negatif yang telah berkembang sangat lama di kawasan Timur Indonesia. Dengan jalan itu kelak hasil survei tingkat kebahagiaan---lebih pas disebut survei persepsi tingkat kebahagiaan---orang NTT dan Papua membaik.

Sekedar catatan, jangan salah sangka menuduh saya berpandangan bahwa ketertinggalan di NTT dan Papua bukan realita melainkan hanya kesadaran semu yang diproduksi percakapan-percakapan negatif. Tidak.

NTT dan Papua memang tertinggal. Tetapi ketika percapakan tentang ketertinggalan itu mendominasi ruang publik, orang cenderung mengabaikan kemajuan-kemajuan yang ada. Inilah salah satu contoh konkret hegemoni itu. Hegemoni berperan menciptakan kesadaran palsu, mengarahkan orang-orang agar menerima begitu saja pandangan mainstream.

Jadi hegemoni tidak hanya diproduksi dari atas oleh kelas dominan agar publik menerima sistem ekonomi, politik, dan sosial yang menguntungkan mereka, kapitalisme, sebagai hal yang sudah seharusnya. Hegemoni bisa juga mengambil peran dalam percapakan-percapakan publik tentang kemiskinan, ketertinggalan, kemurungan-kemurungan.

Begitulah. Kita akhiri dulu di sini. Saya bingung, sebenarnya saya sedang mempercakapkan apa. Anda tahu?

***

Tilaria Padika

24042018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun