Jika saat itu kami belum bisa penuhi permintaannya, ia akan menggunakan 'taktik mimpi.' Setiap bangun pagi, ia bercerita semalam bermimpi bertemu hotwheels yang kemarin dilihatnya di toko. Besoknya ia bercerita kembali bermimpi dengan kisah yang berbeda tetapi masih tokoh yang sama: mainan yang diinginkannya. Begitu terus setiap hari.
Jika kami belum mengeluarkan pernyataan kapan pastinya akan belikan barang itu, ia akan berkomentar, "Aneh ya, Papa, kenapa saya mimpikan itu terus." Begitulah.
Nah, kita kembali ke pokok. Jadi sore itu di kasir, saat membayar buku yang dipilihnya, buku bergambar tentang perjalanan luar angkasa, saya bertanya, "Are you happy?"
"Ya, Papa. But just like this," ia merenggangkan kedua tangannya hanya selebar bahu. "Maybe will be like this if I get that hotwheels," lanjutnya dengan merentangkan kedua lengan hingga mentok saat terentang lurus. Itu lah sejarah teknik kuantifisir kualitas kebahagiaan di keluarga kecil kami.
Indeks Kebahagiaan Itu Politis
Jika kisah di atas direnungkan, kita akan maklum bahwa putra saya menggunakan indeks tingkat kebahagiaan sebagai alat politik. Ukuran kuantitatif rentangan tangan ia gunakan sebagai alat bargain.Â
Ia tahu bahwa sebagai orang tua, kami akan berupaya agar rentangan tangannya---indeks tingkat kebagaian anak tercinta---mencapai maksimal. Demikianlah memang tugas kami. Maka sebelum keinginannya terpenuhi, ia akan menahan diri, pelit dalam merentangkan tangan meskipun mungkin ia sedang sangat bahagia.
Ia tidak tahu bahwa sebagai orang tua kami cukup cerdik. Kami punya alat triangulasi yang mengonfirmasi ukuran rentangan tangan itu: ekspresi wajahnya. Jika ekspresi wajahnya seperti anak anjing habis dimandikan, itu artinya ia memang belum benar-benar bahagia pada momen itu. Tetapi jika wajahnya terlihat riang seperti anak anjing diajak main kejar-kejaran, kami tahu bahwa ia sedang berpolitik saja saat pelit rentangkan tangan. Ia sedang  bargain untuk kepentingannya yang lain.
Dari sisi kami sebagai orangtua, indeks itu juga politis, sebab dengan cara itu kami mengukur kualitas outreach dari kebijakan (policy) kami dalam membahagiakan anak.
Hubungan kami dan anak dalam ukuran tingkat kebahagiaan itu serupa saja dengan hubungan rakyat dan pemerintah.
Pemerintah berkepentingan agar indeks tingkat kebahagiaan rakyat mencapai nilai optimal---yang maksimal hanya milik Tuhan. Itulah tugas pemerintah. Program-program akan diluncurkan dengan mempertimbangkan nilai dari tiap-tiap item penyusun indeks. Pada daerah yang nilai kebahagiaan pada blok pertanyaan terkait kesehatan masih rendah, ke sana program-program pembangunan kesehatan harus dilancarkan.Â