Demikianlah kenyataan itu tercipta dalam komunikasi, Ca. Kenyataan itu produk sosial.
Saya tidak mengatakan bahwa kenyataan yang kita pahami sebagai kenyataan  adalah sesungguhnya kenyataan itu.
Hakikat dari sesuatu itu sesungguhnya mandiri terhadap persepsi kita. Tetapi dengan melibatkan sebanyak mungkin persepsi, kita akan semakin mendekati pemahaman yang utuh atas kenyataan. Mungkin kita hanya sampai pada tingkatan itu, mendekati. Tidak mengapa, Ca. Hanya Tuhan yang sungguh-sungguh memahami kenyataan dengan sebenar-benarnya.
Nah, Ca, agar Kau bisa menyumbang sedikit berarti kepada pemahaman bersama, hendaklah Kaupilih baik-baik sudut pandang dalam menulis. Menuliskan hal yang sudah jadi sudut pandang jamak berarti dirimu tidak menyumbang apa-apa selain kebisingan.
 Kebisingan layak berganjar lemparan batu sebesar kelapa di kepala. Akan saya lempari dirimu sekalipun ada Pria yang melindungimu dan menantang, "Siapa yang merasa tak berdosa, silakan melempar pertama." Akan saya lempari pula Pria itu, meski Ia 'kan mengutuk saya senasip pohon ara itu.
Akan lebih baik lagi, Ca, jika artikel-artikelmu masuk lebih jauh, mengupas kulit dan membicarakan yang lebih dalam, pada sebab di balik peristiwa. Itu penting, Ca, sebab banyak orang lebih senang melihat, membicarakan, dan menuliskan yang tampak. Yang tampak itu sering sekedar dampak, sekedar akibat.
Jangan menuliskan peristiwa pohon tumbang, Ca. Tuliskanlah angin yang membuat ia tumbang. Lebih baik lagi tuliskan mengapa angin itu bisa jadi sedemikian kencang hingga menumbangkan pohon.
"Causa latest, vis est notissima," Ca. Penyebabnya tersembunyi namun sangat jelas dampaknya. Karena itu ketika banyak orang fokus kepada dampak, kepada apa yang tampak, masuklah Kau mengupas yang hahikat, yang penyebab.
Ketika Kautulis soal causa, bukan effectus, akan kian genap keterlibatanmu bagi pembentukan pemahaman bersama, kesadaran bersama.
Begitulah kira-kira sumbangan saya, mengapa sudut pandang itu penting. Semoga berguna untukmu, Ca. Sungguh, saya tak hendak mengguruimu. Saya hanya kehabisan topik untuk dituliskan.
Ca? Pembacaaa? Masih membacakah dirimu?
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!