Wah, gara-gara tonton Exodus: God and King dengan adegan sepintas pandita meramal lewat hati hewan korban, saya jadi tahu bahwa praktik ini lazim dalam agama kuno yang dianut peradaban besar dunia. Jadi rupanya bukan hanya etnis-etnis di NTT yang demikian. Film ini telah menjadi gerbang pengetahuan, jadi pintu untuk mencari tahu lebih jauh.
Bukan hanya film luar negeri yang bisa jadi gerbang pengetahuan. Film-film nasional pun demikian.
Salah satu contoh adalah film Ketika Bung di Ende. Pembuatan film ini didanai Kemendikbud, berkisah tentang Bung Karno selama masa pembuangan di Ende. Penulis naskahnya adalah Viva Westi dan Tubagus Deddy dengan bantuan konsultan sejarah Peter Rohi.
Ada satu adegan yang sering ditanyakan anak muda ketika menonton film ini adalah siapa itu Martin Paraja, seorang pelaut Marxist yang beberapa kali muncul dalam adegan bercakap dengan Bung Karno.
Banyak anak muda memang tidak tahu peristiwa Pemberontakan Kapal Tujuh pada 1933, sebuah momentum penting yang memberi semangat bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Banyak yang tidak tahu jika sejumlah pimpinan dari pemberontakan itu adalah para pelaut Nusa Tenggara Timur.
Menarik, Martin Paraja yang tewas di dalam pemberontakan itu dimunculkan di dalam film Ketika Bung di Ende, peristiwa setahun kemudian. Ketika hal ini saya (saya versi offline) tanyakan kepada Opa Peter Rohi, dia menjawab itu disengaja agar generasi muda mengenal para pahlawan asal NTT.
Ya, Opa Peter benar. Pilihan untuk sedikit menyimpangkan versi sejarah, menghidupkan Martin Paraja di dalam film Ketika Bung di Ende telah menjadi gerbang bagi anak muda NTT untuk mencari tahu lebih jauh tentang peran para pelaut Marxist asal NTT dalam perjuangan kemerdekaan.
Begitulah dua contoh bagaimana film berperan sebagai gerbang pengetahuan. Maka begitu Anda selesai menonton film sejarah, jangan pasif menelan adegan demi adegan pada layar. Jadikan itu sebagai gerbang, pintu masuk untuk menelusuri fakta-fakta lebih jauh.
Dengan begitu, pengetahuan Anda tidak akan mentok di 'ilmu nonton' dan 'ilmu nguping'. Yang lebih penting lagi, Anda tidak jadi korban hegemoni melalui projek budaya. Jangan lupa, generasi Om-Tante sekarang banyak lho yang produk manipulasi sejarah lewat film-film yang dibuat Order Baru dulu.
Untuk yang belum tonton film Ketika Bung di Ende, ini Youtube lengkapnya. Sebelum tonton, saya ucapakan selamat Hari Film Nasional.